Ditengah harga jual tingkat petani masih diluar harapan. Kondisi ini kian membuat kaum 'wong cilik' menjerit.
Ongkos ojek Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Bila sebelumnya ongkos ojek motor dari kebun di Serdang Indah, menuju jalan hitam dihargai Rp 200 per-Kg.
BACA JUGA: Atasi Kemiskinan di Kabupaten Kaur Butuh Kolaborasi
Saat ini naik menjadi Rp 300 per-Kg. Selanjutnya dikenakan pula ongkos sebesar Rp 100 per-Kg, untuk membawa hasil panen ke ram kelapa sawit.
Ditambah lagi potongan upah bagi tukang panen kelapa sawit juga ikut naik. Bila sebelumnya Rp 200 per-Kg, saat ini naik menjadi Rp 250 per-Kg.
"Misalnya harga kelapa sawit di ram Rp 1 ribu. Setelah dipotong biaya yang saya sebutkan tadi. Kami cuma dapat Rp 350 per-Kg. Jual satu ton sawit gak cukup buat satu sak pupuk. Jadi bagaimana kami rakyat kecil ini tak menjerit," keluhnya.
Di Kecamatan Muara Sahung, ongkos ojek kopi dari kebun ke toke juga ikut mengalami kenaikan.
BACA JUGA: Ampun! Pertalite Eceran Rp15.000 Perliter
Jumarlin (35) warga Desa Ulak Bandung Kecamatan Muara Sahung, salah satu petani kopi mengatakan, bila sebelumnya Rp500 hingga Rp700 per-Kg. Naik menjadi Rp1.700 per-Kg.
"Iya. Ongkos ojek kopi sekarang naik 100 persen lebih. Tentunya ini disebabkan mahalnya harga BBM. Bahkan di tingkat eceran harga belinya Rp15 ribu per-liter," sampai Jumarlin.
Terpisah, Kades Tanjung Pandan, Baharudin mengatakan, pasca naiknya harga BBM.
Upah jasa dalam membajak sawah menggunakan handtracktor naik menjadi Rp 60 ribu per-kubik sawah. Ukuran satu kubik sawah yakni 10 meter kali 10 meter.
"Tak hanya petani. Warga Desa Tanjung Pandan yang berprofesi sebagai nelayan juga ikut menjerit. Malahan mereka yang paling merasakan dampak kenaikan harga BBM ini," kata Baharudin.