Di kalangan tertentu memang muncul kegelisahan besar. Yakni terlalu fanatiknya masyarakat kita dalam beragama.
Itu dianggap salah satu penyebab kita sulit maju.
Ning Imaz sendiri tidak pernah ingin terkenal. Begitulah ajaran yang dia terima sejak kecil.
Dia lahir, tumbuh, remaja sampai dewasa di lingkungan pondok Lirboyo. .Sampai tamat setingkat SMA di situ –dengan kemampuan ilmu lebih tinggi dari umumnya sarjana agama Islam.
Di pondok itu Ning Imaz mendalami ilmu fikih, tata cara peribadatan. Dia bisa dibilang ahli fikih.
Terbukti sering jadi pembicara dalam forum bahtsul masail –pembahasan masalah-masalah keagamaan yang rumit yang lagi hangat di tengah masyarakat modern.
Dan dia hafal Quran.
Kalau saja tidak ada pandemi nama Ning Imaz tidak akan muncul di medsos. Gara-gara pandemilah Ning Imaz terbiasa dengan yang serba online.
Selama masa Covid-19 pekerjaan utamanyi, mengajar, terhenti. Demikian juga undangan berceramah di pengajian-pengajian. Berhenti total.
Di tengah pandemi itu dia masuk dunia Instagram. Maksudnyi, agar tetap bisa menyebarkan ilmu agama di masa pandemi.
Karena itu isi Instagram Ning Imaz melulu soal ajaran agama. Khususnya menyangkut wanita dan rumah tangga.
Penggemar Instagramnyi banyak sekali. Follower-nyi 129.000 kemarin pagi dan menjadi 130.000 sore harinya.
Bahasan soal wanita tidak pernah habis daya tariknya. Termasuk bagaimana wanita kelak di surga. Apa ''hadiah'' yang dijanjikan Tuhan untuk wanita di surga kelak.
Menurut Ning Imaz hadiah bagi wanita tidak sama dengan hadiah bagi laki-laki.
Puncak kenikmatan laki-laki itu ada di wanita. Karena itu di surga kelak laki-laki akan mendapat banyak bidadari.
Sedang wanita tidak akan mendapat bidadara –lelaki ganteng nan perkasa dan romantis.