Di Muktamar itu nanti Xi Jinping akan terpilih lagi sebagai pemimpin tertinggi partai. Xi akan menyusun kepengurusan baru partai.
Pengurus baru inilah yang akan menentukan siapa calon presiden Tiongkok yang akan dipilih oleh MPR-Tiongkok Maret tahun depan.
Menjelang perhelatan genting seperti itu, Xi Jinping tidak terlihat di depan publik. Maka ilmu spekulasi pun mendapatkan kelengkapannya: ada kudeta di Beijing.
Padahal Xi memang harus isolasi. Aturan Covid juga berlaku bagi presiden. Hari itu ia pulang dari Uzbekistan. Ada pertemuan negara-negara yang berbatasan dengan Tiongkok di sana: Forum Shanghai. Yang menarik Xi bertemu Vladimir Putin di sana.
Forum itu telah berkembang menjadi semacam blok ekonomi. Awalnya forum itu hanya dimanfaatkan Tiongkok untuk membuka jalur-jalur darat ke semua negara yang berbatasan. Lalu berkembang menjadi forum untuk melancarkan program One Belt One Road.
Kini forum itu telah menjadi blok ekonomi di luar Eropa dan Amerika. Pakistan misalnya. Ia sahabat segala musim bagi Tiongkok.
Tapi Tiongkok tidak mampu menolong Pakistan di satu bidang: energi. Tiongkok sendiri kekurangan energi.
Maka forum ini menemukan jalan keluar: Rusia bertemu Pakistan. Rusia akan membantu Pakistan di bidang penyediaan gas.
Akan dipasang pipa gas dari Rusia ke Pakistan. Lewat Afghanistan –sesama anggota forum Shanghai.
Rusia yang menghadapi kesulitan kirim gas ke Eropa bisa mengalirkannya ke Pakistan dan Afghanistan.
Bisa jadi gas itu akan sampai juga ke India. Lewat Forum Shanghai Rusia menemukan pasar barunya. India Pakistan pun menemukan sumber energi murah mereka.
Maka isu kudeta di Tiongkok memang bisa datang dari mana-mana.
Dan itu tidak ditanggapi sedikit pun oleh media Tiongkok. Isu itu pun dianggap angin lalu. (*)