Madura Minahasa

Rabu 12-10-2022,06:27 WIB
Reporter : Adminradarkaur
Editor : Adminradarkaur

Sayangnya Polresta Malang tidak dilibatkan dalam pengamanan pertandingan di Kanjuruhan 1 Oktober lalu.

Bahkan di jajaran BKO, tidak satu pun ada personil Polresta Malang yang di-BKO-kan di Kanjuruhan. 

Stadion Kanjuruhan memang tidak termasuk wilayah Polresta Malang. Kanjuruhan berada di wilayah Polres Malang.

Polresta untuk kota, Polres untuk kabupaten. Kanjuruhan berada di Kabupaten Malang: 25 km di selatan kota Malang.

Tentu lebih tepat kalau Polres Malang juga ikut apa yang dilakukan Polresta Malang. Bahkan mungkin dengan ide yang lebih baik lagi.

Dari jumlah yang meninggal, 132 orang, memang hanya sekitar 30 orang yang dari kota Malang. Selebihnya dari kabupaten Malang. Tentu ada satu-dua dari kabupaten tetangga.

Jumlah penonton Arema juga imbang: 50 persen dari kota, 50 persen dari desa-desa di kabupaten.

Karakter mereka juga sedikit berbeda. Anda sudah bisa menduga: di mana perbedaannya. 

Yang datang dari kota itu umumnya naik sepeda motor. Ribuan juga yang pilih naik  kereta api. Mereka naik kereta dari stasiun kota dan kota lama, turun di stasiun Kepanjen.

Lalu jalan kaki tidak sampai 1 km ke Stadion Kanjuruhan. Itu adalah kereta Surabaya-Blitar yang melewati Malang-Kepanjen.

Jenderal Tedy Minahasa Putra kini mendapat tugas yang sepadan dengan kemampuan aslinya.

Ia kini mendapat arena kelas utama. Mata nasional akan jeli mengamatinya. Kemampuan sebenarnya akan terlihat di sini: memang hebat atau biasa-biasa saja. 

Ia menggantikan Irjen Pol Nico Afinta yang begitu banyak cobaannya. Kini Irjen Pol Nico hanya menjadi staf ahli di Mabes Polri.

Awalnya ia memang dikait-kaitkan dengan Sambo. Dan belakangan diminta ikut bertanggung jawab tragedi Kanjuruhan.

Maka sebelum berangkat cuci piring minggu ini Jenderal Tedy mungkin akan ke Pasuruan dulu.

Sungkem ke mamanya. Minta restu. Untuk tugas beratnya. Juga untuk karir  berikutnya di masa yang lebih depan. Siapa tahu. (*)

Kategori :