Rp 15.500

Selasa 18-10-2022,07:12 WIB
Reporter : Adminradarkaur
Editor : Adminradarkaur

 

EVMF

CHD hari ini "memicu" orang-orang untuk mengamati lebih dalam : 1. Sungguhkah ada seorang Pati-Polri yang begitu luar biasa pengabdiannya hingga membiaya sendiri tugas ke-dinasan-nya ?? 2. Bukankah ini sangat janggal sementara itu institusinya lebih dari mampu untuk membiayai-nya ?? Jangan-jangan tugas ini justru di-luar institusi-nya !! 3. Bagaimana jikalau ada penyandang dana yang membiaya tugas tersebut ?? Sepertinya sangat mungkin, apalagi menyangkut semacam per-mafia-an narkotika. 4. Kalau ada, tentu saja ada kepentingan yang lebih besar, yang profitable tentunya !! 5. Dari pembelaan diri yang berantakan tersebut, yang tersebar luas di-medsos ; mestinya menjadi celah hukum untuk menuntaskan kasus tersebut.

 

yea aina

Untung (Kapolda) tak dapat diraih, Malang (Kanjuruhan) tak dapat ditolak. Maksud penugasan hendak cuci piring, apalah daya tangan tercuci.

 

yohanes hansi

Saya pernah membantu teman melaporkan kasus kehilangan mobil. Saya cukup terkejut karena penyidik menjelaskan bahwa anggaran penyidikan merupakan dana pribadi terlebih dahulu. Kalau dana pribadi tidak cukup, penyidikan berhenti dulu tunggu gajian. Mengetahui hal tersebut teman saya memberikan bantuan dana penyidikan. Dari tulisan Abah, situasi yang dialami ternyata sama. Tidak ada anggaran penyidikan dari korps. Apakah memang betul demikian, saya tidak tahu. Jika memang betul demikian, saya menarik kesimpulan bahwa jika mau jadi penyidik, harus punya modal pribadi. Jika tidak, bagaimana harus menyidik? Jika tidak menyidik, maka nir hasil. Nir hasil sama dengan tidak berprestasi. Tidak berprestasi ujung-ujungnya tidak ada kenaikan pangkat. Ini jika dugaan benar. Kalau memang tidak ada anggaran penyidikan, bisa dimaklumi juga. Kalau sedikit-sedikit penyidik minta anggaran padahal fiktif, maka terbilang korupsi. Dilema.. Jika dugaan ini benar, bagaimana kepolisian memecahkan dilema ini?

 

herry isnurdono

Abah DI menulis Irjen TM lagi. Lagi2 offside. Coba tulis aja kekayaan TM hasil beternak tuyul atau jual narkoba. Jelas2 ada BNN dan Direktorat Narkotika Barekrim Mabes Polri, koq Abah DI percaya seorang Irjen Staf Ahli Manajemen Kapolri turun tangan ke Selat Malaka cari Narkoba. Apalagi pakai uang 20 M uang pribadi. Mending uangnya disetor utk naik jabatan. Abah DI, kalau mau cari tahu Linda, mending 'dugem' di Jakarta. Dia pemilik klub malam/diskotek. Siapa tahu mau cari narkoba. Harusnya Abah DI cari tahu aja geng Judi, geng Narkoba atau geng Tambang. Kayaknya mereka saling sandera. Punya kartu masing2. Ayo Abah DI pasti bisa. Masak kalah sama Alm. Jend. Hoegeng. Atau Abah DI nonton aja sidangnya Sambo, sudah mau disidang di PN Jaksel. Kira2 ibu Putri masih pakai pakaian branded2 harganya puluhan juta.

 

Amat Kasela

Pak Joko, kata anak muda sekarang, yang syulit itu melupakan Rehan.

 

Kategori :

Terkait

Jumat 28-10-2022,06:35 WIB

Kongres Dawet

Rabu 19-10-2022,07:13 WIB

Tulisan Pendek

Selasa 18-10-2022,07:12 WIB

Rp 15.500

Sabtu 08-10-2022,06:51 WIB

Satria Kanjuruhan

Kamis 06-10-2022,06:42 WIB

Hidup Fanatisme