KAUR, RADARKAUR.CO.ID - Musik menjadi bagian dari peradaban manusia jauh lebih dahulu sebelum ditemukannya notasi musik Hurrian, “Hymn to Nikkal” yang telah berusia 3000 tahun.
Musik hadir dari ketukan kecil berirama, dari awal langkah kaki kita yang kemudian mencipta sebuah hentakan yang dapat kita prediksi dan kita sebut dengan ritme langkah.
Musik seperti aliran yang mengisi saraf dalam tubuh, tak dapat terpisahkan. Ia mempengaruhi diri kita secara mendalam.
Ia mempengaruhi emosi, membanjiri otak kita dengan aliran melodi yang menghasilkan neurotransmitter yang memberikan kesenangan.
BACA JUGA:Pemkab Kaur Terima Hibah Kendaraan Ambulans dan Damkar dari JFA Jepang
BACA JUGA:Jelang Penghapusan Tenaga Honorer, Menpan RB Sampaikan Kabar Gembira, Apa Katanya?
Saat musik memasuki gendang telinga, ia seperti cairan yang dengan mudahnya beradaptasi dengan segala aspek di tubuh kita.
Ia seperti memiliki kanal sendiri dalam darah, yang kemudian menjadi lajur khusus untuk dia dapat mempengaruhi emosi kita tanpa kita mampu menjelaskannya dengan kata-kata.
Lantas bagaimana ia mampu mempengaruhi emosi sedemikian dahsyatnya?
Sejarah mengungkapkan bahwa musik bahkan menjadi salah satu bentuk komunikasi yang paling bisa menyentuh perasaan satu sama lain.
Hal inilah yang kemudian membuat musik seperti sesuatu yang sehari-harinya tak bisa lepas dari ingatan.
Musik merupakan luapan emosi dari senimannya. Itulah mengapa saat mendengarkan sebuah lagu atau instrumen musik kita kemudian terbawa emosi.
Ada pesan dan perasaan yang mendalam yang dituangkan ke dalam musik tersebut. Sehingga kita dapat merasakan pesan-pesan itu.
BACA JUGA:Sebelum Konsumsi Pisang Setiap Hari, Dampak Berikut Perlu diketahui Terjadi Pada Tubuhmu
BACA JUGA:Silaturahmi ke Kantor Bupati, Kapolres-Bupati Kaur Perkuat Kolaborasi