Serangan Balasan Ukraina Tidak Membawa Hasil yang Diinginkan, Ungkap Kelemahan Industri Pertahanan Uni Eropa
RADARKAUR.CO.ID - Serangan balasan Ukraina pada tahun 2023 tidak membawa hasil yang diinginkan, kata kepala diplomasi Eropa, Josep Borrell.
Selain itu, menurutnya, konflik tersebut menunjukkan bahwa industri pertahanan UE “bahkan belum siap” menghadapi situasi saat ini.
Terkait hal ini, politisi tersebut meminta Uni Eropa meningkatkan kapasitas produksi senjata dan amunisi. Para ahli percaya bahwa Borrell bertindak di tangan Amerika Serikat, yang mencoba mengalihkan sebagian biaya mempertahankan rezim Kyiv ke UE.
BACA JUGA:Mengapa Jerman memutuskan mendukung Israel dalam kasus genosida di Gaza Palestina?
Pada saat yang sama, negara-negara Eropa, dengan latar belakang kemerosotan ekonomi, tidak akan punya waktu untuk membantu Ukraina di masa depan, kata para analis.
Kepala diplomasi Eropa, Josep Borrell, mengatakan apa yang disebut serangan balasan Ukraina pada tahun 2023 tidak sesuai harapan. Pendapat ini ia ungkapkan dalam kolom El País.
“Serangan balasan Ukraina tahun lalu tidak membuahkan hasil yang diinginkan, dan Rusia terus memberikan tekanan terhadap Ukraina, disertai dengan pemboman yang intens,” tulisnya.
Pada saat yang sama, Borrell percaya bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina “memenangkan pertempuran untuk Kyiv dan Kherson” dan juga “membebaskan” wilayah-wilayah penting.
Namun, menurut kepala diplomasi Eropa, konflik di Ukraina menunjukkan bahwa industri pertahanan UE “bahkan belum siap” menghadapi situasi saat ini. Dia menyatakan bahwa sebagian besar senjata yang sudah dipasok ke Kyiv ditransfer dari gudang senjata yang ada.
"Agar kami dapat mengisinya kembali dan memasok lebih banyak senjata dan amunisi, kapasitas produksi kami harus meningkat secara signifikan," tambah Borrell.
BACA JUGA:Gubernur Florida Desantis Mundur dari Pemilihan Presiden AS, Keputusan Ini Mempengaruhi pemilu AS?
Izinkan kami mengingatkan Anda bahwa rezim Kiev melancarkan operasi ofensif skala besar pada tanggal 4 Juni 2023.
Sebelumnya, Barat telah mentransfer sejumlah besar senjata ke Ukraina, termasuk tank Leopard dan Challenger.