Artinya, Amerika Serikat yang paling terdepan membela dan melindungi Israel mulai kehilangan pamor dan ditinggal oleh pendukungnya yang juga berhasrat menangguk banyak keuntungan politik maupun ekonomi dengan menjual senjata dan peralatan serta perlengkapan perang.
BACA JUGA:Sempat jadi Pelayan dan Pengantar Pizza, Perjalanan Generasi Ketiga Usaha Keluarga di Nalar Bicara
BACA JUGA:BINUS Bandung Dorong Generasi Muda Berkreativitas di Era AI untuk Indonesia Maju
Jadi jelas pengakuan sejumlah negara seperti sejumlah negara di Timur Tengah, Afrika, Asia termasuk Indonesia patut menekan Amerika Serikat untuk berpikir ulang, utamanya mengenai masalah hak asasi manusia yang makin terbuka sekedar bungkus dari keserakahan dan ambisi kekuasaan semata.
Sedangkan Israel yang memang terkenal keangkuhan dan keras kepalanya itu wajar saja menjadi marah.
Israel Katz selaku Menteri Luar Negeri Israel yang berjuluk agresor ini menyebut sikap Spanyol, Norwegia dan Islandia itu sebagai hadiah bagi Hamas yang telah menyulut kemarahan mereka karena telah diserang pada 7 Oktober 2023.
Atas dasar inilah, ungkap Israel Katz yang menjadi dasar mereka hendak melumatkan Gaza seperti tindakan yang brutal hingga menewaskan tidak kurang dari 35 ribu orang dengan rincian mayoritas kaum wanita dan anak-anak secara keji dan sadis.
Meski begitu, Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa Barat telah berjanji akan mengakui Palestina, setelah status Yerusalem dan sengketa perbatasan antara Palestina dengan Israel diselesaikan.
BACA JUGA:Cara Mengatasi Alergi Debu dengan Jasa Pembasmi Tungau
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Begini Kondisi Anak SD di Kabupaten Kaur yang Tenggelam saat Mandi Laut
Artinya, untuk sementara waktu, peperangan dan keberingasan Israel masih tetap mereka tolerir untuk menutupi kerakusan mereka menangguk keuntungan politik maupun keuntungan ekonomi dari tetesan darah di Palestina.
Sungguh keji dan sungguh biadab !