Lebih Menjanjikan, Nelayan Ikan Beralih Tangkap Benur

Lebih Menjanjikan, Nelayan Ikan Beralih Tangkap Benur

MAJE – Pasca dilegalkan penangkapan dan jual beli benur, nelayan ikan mulai beralih menjadi penangkap benur. Harganya yang mahal, menjanjikan untuk penghasilan. Sehingga pemain ikan laut mengalami kesulitan untuk mendapatkan penghasilan. Kondisi ini menjadi salah satu pemicu tingginya harga ikan di pasaran. Pengumpul ikan di Desa Linau Sudirman (48) membenarkan, kini ikan laut segar sedikit sehingga harganya mahal. Bahkan, kenaikan harga ikan sudah lebih dari 50 persen harga biasa. Kondisi ini disebabkan, banyaknya nelayan mencari benur ketimbang mencari ikan. Bahkan diperkirakan hanya 25 persen dari jumlah nelayan di desanya mencari ikan. “Kini ikan sulit, kondisi ini selain akibat cuaca buruk. Nelayan banyak mencari benur ketimbang menjaring atau memancing,” katanya. Sebut dia, kondisi ini juga terjadi di daerah Merpas dan juga Pasar Lama. Persoalan ini menjadikan mereka dalam kondisi kesulitan untuk mendapatkan penghasilan maksimal. Bahkan, kalau dihitung dari sisi pendapatan. Kini mereka sudah beruntung jika mendapatkan penghasilan dalam satu hari sama dengan upah harian buruh. “Kami masih bertahan terus membeli ikan ini berharap dalam waktu dekat ada musim ikan. Maka nelayan akan banyak mendapatkan hasil. Sehingga ada peluang kami untuk mendapatkan hasil lebih dari biasa,” tutur dia. Pengusaha benur di Kecamatan Maje, Hendri (34) membenarkan kalau saat ini hampir semua nelayan mencari benur. Di tingkat agen, satu ekor benur Rp 5.500. Semua nelayan memiliki kartu anggota benih lobster dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI. Jadi nelayan yang tergabung dengan pihaknya legal. "Kini memang mayoritas nelayan mencari benur. Sebab, selain harganya menjanjikan, ada setiap pagi nelayan mendapatkan benur sampai 1.000 ekor. Ada juga yang dapat sedikit hanya hitungan puluhan ekor," tuturnya. Saat ini, setidaknya sudah ada tujuh perusahaan yang mengantongi izin dari KKP RI untuk menangkap benur. Yakni PT Mata Deka, PT Global, PT Batra Damai, PT Dua Putra Perkasa Pratama (DPPP), PT Royal Samudra, PT Tania dan PT Bahari Kencana.(mrn/ujr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: