Guru Jangan “Candu” Libur

Guru Jangan “Candu” Libur

BINTUHAN-Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Kaur, Endy Yulizar, SP melalui Kabid Dikdas, Lisarmawan, S.Kom disampaikan Kasi Kurikulum, Argunawansyah, S.Pd mengatakan, dewan guru jangan “candu” libur. Dengan alasan pandemi Covid-19 kian memanas. Karena dengan hal tersebut, dunia pendidikanlah yang akan jadi korbannya. Ditandai dengan penurunan pencapaian akademis. Lantaran belum maksimalnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). "Janganlah seperti kecanduan libur dan menjadikan pandemi alasannya. Kasian generasi penerus bangsa yang harus jadi korbannya. Jangan karena sekolah A itu ada yang reaktif rapid test. Sekolah Z yang jaraknya 70 Km minta belajar dirumah. Kalau memang PJJ-nya sudah maksimal tidak masalah. Ini belum maksimal, kasian pelajarnya," ungkap Argunawansyah pada RKa, Rabu (4/11). Kasi Kurikulum melanjutkan, ditengah memanasnya Pandemi Covid-19 di Kabupaten Kaur. Pihaknya bukan tidak peduli dengan tidak mengeluarkan edaran atau semacamnya. Namun makin turunnya pencapaian akademik. Menjadi hal yang harus dipertimbangkan bersama. "Bukannya kami tutup mata, tapi banyak yang harus dipertimbangkan. Pencapaian akademik merupakan salah satunya. Belum lagi bulan Desember nanti sudah Ulangan Semester ganjil. Banyak yang harus dipersiapkan," lanjutnya. Lalu menurutnya, satuan pendidikan kebanyakan kurang memahami isi Surat Edaran (SE). Yang beberapa kali pihaknya keluarkan. Dia mencontohkan, dari pantauannya ada salah satu sekolah tingkat dasar di Kabupaten Kaur . Dengan jumlah murid kurang dari 50 orang. Setiap kelas hanya melakukan dua kali tatap muka dalam sepekan. Padahal dengan kondisi tersebut, satuan pendidikan dapat melakukan KBM tatap muka setiap hari. Agar maksimalnya pencapaian akademik. "Maksimal ruang kelas itu 18 orang dengan jarak tempat duduk 1,5 meter. Kalau jumlahnya di bawah 50 murid, untuk tingkat SD kalau dipukul rata itu cuma 8 atau 9 orang. Jadi tidak apa-apa kalau mau masuk serentak tanpa makai shift. Apalagi muridnya berasal dari desa yang sama. Beda kasus kalau pelajarnya banyak, lalu tak hanya berasal dari satu desa. Kasian pendidikan anak muridnya," cerita Argun. (yie)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: