Pahlawan Melawan Pendemi Covid-19, Berada di Garda Terdepan, Nyawa jadi Taruhan

Pahlawan Melawan Pendemi Covid-19, Berada di Garda Terdepan, Nyawa jadi Taruhan

Semangat dan kerja keras tenaga medis dalam merawat dan memberikan pelayanan terbaik ke mayarakat di tengah pedemi, patut diacungi jempol. Terkhusus tenaga medis di Puskesmas. Sebagai garda terdepan dalam penanganan penyakit corona virus (Covid-19), mereka rela mempertaruhkan nyawa demi kepentingan dan kesehatan banyak orang. Meski begitu, tak ada jaminan mereka bisa bebas dari virus yang bisa saja mengancam nyawanya. Simak liputannya ROHIDI EFENDI - BINTUHAN COVID-19 membawa kecemasan bagi siapa saja yang mendengarnya. Tidak sedikit orang yang merasa takut terhadap penularannya. Akibat situasi yang tak menentu, membuat munculnya ketakutan. Namun di balik semua itu, ada tenaga medis menjadi sosok garda terdepan. Melawan pandemi dengan hati yang besar. Tak semudah yang dibayangkan banyak orang. Berjuang melewati rumitnya keadaan demi kesehatan siapa saja yang datang. Saat mendapat tugas menangani pasien yang diduga terpapar virus, saat itu pula mereka harus siap siaga. Rela menahan panas, dari lapisan pelindung diri. Kerja keras yang tak mudah. Berjuang dalam konsekuensi yang berat, terus dilakukan setiap harinya. Menjadi sosok tumpuan banyak orang. Namun mereka tak pernah mengeluh dan menyerah atas segala kerja kerasnya. Nyawa diri sendiri dikesampingkan dalam memikul beban yang sangat berat. Risiko yang sangat besar, tetap terus diperjuangkan. Kata lelah menjadi teman berjuangnya di setiap hari. Juga melawan ancaman virus setiap hari. Memegang tanggung jawab yang besar, untuk terus menjalankan tugas. Keringat lelahnya, perjuangan untuk mempertaruhkan nyawa orang lain. Di saat mereka mempertaruhkan nyawanya untuk orang lain. Terkadang dengan masih dengan perlengkapan "perang" yang belum juga maksimal. Saat itu pula tidak sedikit masyarakat yang tidak peduli dengan kesehatan. Sedengkan mereka melakukan sesuatu yang tak bisa ditiru orang kebanyakan. Nyawa selalu menjadi taruhan dalam tugas, sebab tanpa alat pelindung diri (APD) yang memadai, merekalah pihak yang paling rentan terpapar virus mematikan ini. Keterbatasan APD tidak menyurutkan semangat paramedis di tengah pandemi corona saat ini. Banyak cara, banyak jalan dilalui guna mengantisipasi terjadinya penularan. Seperti penggunaan jas hujan sekalipun jika saat-saat mendesak. Kamis (5/11) Wartawan Radar Kaur (RKa), menyempatkan diri melihat langsung kegiatan sehari-hari yang dilakukan tenaga medis di Puskesmas Bintuhan, saat melayani masyarakat ditengah pendemi ini. Kedatangan RKa disambut hangat oleh Kepala Puskesmas Bintuhan, Yenli Sisma Yenti, SKM. Diselah mereka melakukan aktivitas seperti biasa. RKa juga menanyakan apa yang mereka rasakan semenjak pendemi ini. Namun, saat ditanya apa kabar, ia langsung menggelengkan kepalanya. Lalu ia menjawab dengan senyuman seperti seorang medis pada umumnya. Kendati demikian terdengar nadanya yang lesu. "Kabar Alhamdulillah baik dek," jawabnya sembari menghelahkan nafas. "Namun saya sangat menyayangkan sekali, di tengah kami yang berjuang mati-matian untuk kesehatan orang. Saat itu pula, banyak sekali masyarakat yang meremehkan virus corona ini. Contohnya saat masyarakat berobat ataupun mau sekedar meriksakan diri ke Puskesmas, mereka dengan santainya tidak menggunakan masker, tidak mencuci tangan dulu sebelum masuk dan sebaginya. Namun kami tidak gentar akan hal seperti itu. Kami tetap melayani mereka (masyarakat, red) dengan sepenuh hati," sambungnya. Setiap hari, tenaga medis di Puskesmas yang terletak di Kelurahan Bandar Kecamatan Kaur Selatan ini bersiap-siaga. Setiap pasien yang memeriksakan diri disambut mereka yang sudah berjaga lengkap dengan pakaian APD yang lengkap. Setiap tenaga medis, mereka punya tugas dan tanggung jawab masing-masing. Karena Puskesmas ini terletak di Ibu Kota Kabupaten Kaur, jadi Puskesmas ini menjadi rujukan awal dan tempat memeriksakan diri bagi warga sebelum ke rumah sakit yang jaraknya lumayan jauh pusat kota. Lantas, di balik kesuksesan dan ketekunan sebagai seorang tenaga medis, mereka tak lepas dari peran keluarga. Dukungan penuh selalu berasal dari dalam rumah. Sehingga paramedis memiliki semangat yang kuat dalam menghadapi pendemi ini. Disisi lain, contohnya keluarga sendiri, terkait ketakutan wabah tersebut tentu muncul. Tapi, bagi Yenli sebagai petugas kesehatan mereka tahu risiko dan pencegahannya. Makanya, kebersihan selalu menjadi prioritas utama jika sudah pulang ke rumah. "Kami setelah pulang dan saat tiba di rumah langsung mebersihkan diri. Mulai dari, mandi, ganti pakaian, dan kami walaupun berat sebisa mungkin berusaha mejaga jarak dengan anak-anak," ungkapnya. Saat ini, Ia sangat mengharapkan kesadaran diri dari seluruh lapisan masyarakat terkhusus yang akan memeriksakan diri di Puskesmas. Terutama soal mematuhi protokol kesehatan yang ada. Selain itu, jika masyarakat itu memiliki gejalah seperti Covid-19, Ia berharap calon pasien ini harus jujur mengatakan soal riwayat perjalanan maupun hal-hal yang bisa berakibat fatal. Misalnya, ketika ditanya medis soal riwayat perjalanan, jangan sampai bohong. Sebab dampaknya bakal sangat fatal dirasakan oleh lingkungan dan tenaga medis tentunya. Sebagai tenaga medis, mereka tentu juga memiliki rasa cemas dan ketakutan, tapi itu diminimalisir mereka agar tetap kuat menghadapi ini. Yang paling utama adalah bagaimana cara agar semua bersama-sama menanggulangi wabah virus ini. Jika misalkan Orang Dalam Pemantauan (ODP), maka ikutilah anjuran untuk isolasi mandiri. Kalau ini dilanggar, maka suda barang terntu akan berisiko ke yang lainnya. Tak hanya orang lain, tapi bisa jadi berimbas ke keluarganya sendiri. "Dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 ini, semua pihak jangan cuma berharap hanya dengan paramedis saja. Kami berharap seluruh lapisan masyarakat dapat sama-sama memutus rantai sesuai tufoksi masing-masing. Jagalah kesehatan anda, keluarga dan lingkungan sekitar anda. Sayangi keluarga anda. Semoga badai Covid-19 segerah berlalu," demikian Yenli. Sesuai hasil tes swab, saat ini setidaknya ada 12 warga di Bumi Se'ase Seijean ini kembali dinyatakan terpapar Covid-19. Namun Yenli sangat menyayangkan, di saat terus bertambahnya kasus pasien yang terpapar Covid-19 ini, masih saja banyak masyarakat awam yang tidak peduli dengan bahaya corona. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: