Jeritan Hati Sopir Travel Lintas Provinsi Akibat Penyekatan, Dikejar Kredit, Terpaksa Ganti Rute Hingga Ganti
SEMENJAK munculnya larangan mudik dari pemerintah, dan bahkan pada akhirnya dilakukan penyekatan di setiap perbatasan lintas provinsi. Khususnya penyekatan mobil travel antar provinsi, berakibat sopir terpaksa ganti rute hingga berganti profesi. Penumpang sepi, lantaran aturan penumpang yang ingin melintas wajib menyertakan bukti Rapid tes Antigen, dirasakan cukup memberatkan. Berikut laporannya. LAPORAN ROHIDI EFENDI - BINTUHAN LARANGAN arus mudik dan arus balik mudik yang diberlakukan pemerintah sangat berdampak kepada para jasa angkutan umum seperti sopir travel lintas provinsi. Sebagian sopir travel itu beranggapan, situasi pandemi Covid-19 sekarang ini seolah membuat mereka tercekik oleh keadaan. Pada momen arus mudik maupun arus balik mudik pada hari raya idul fitri ini, yang seharusnya menjadi panen raya bagi para sopir angkutan, namun justru malah sebaliknya. Ini diungkapkan salah satu sopir travel lintas Bengkulu Lampung, Koko (34) warga Kabupaten Bengkulu Selatan, saat ditemui wartawan di salah satu loket travel di Kecamatan Kaur Selatan, Sabtu malam (22/5). Pria yang sehari-harinya hanya duduk di belakang kemudi itu mencurahkan isi hatinya soal penyekatan akibat larangan mudik di tahun 2021 ini. Ia sangat mengharapkan pemerintah untuk berpikir ulang soal menutup pintu keluar masuk provinsi seperti larangan membawa penumpang. Sebab, kebutuhan rumah tangganya sehari-hari hanya dengan mengandalkan hasil dari menarik penumpang tersebut. Memang bagi sebagian orang larangan mudik ini tidak ada dampak sama sekali. Namun berbeda dengan mereka, akibat aturan pemerintah ini membuat mereka tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya. Apalagi bagi sebagian sopir travel yang menjalankan mobil orang. Belum lagi soal cicilan mobil milik majikan. Karena dipercaya mengelola mobil travel, mau tak mau para sopir juga memiliki tanggung jawab dan beban yang besar untuk mengejar setoran. "Satu-satunya harapan kami adalah ketika musim-musim arus mudik seperti menjelang lebaran atau setelah lebaran. Katakanlah kalau seumpama para petani, saat waktu inilah kami sedang panen raya," ujarnya. Koko juga mengatakan, selain berdampak dari sesi perekonomiannya, dampak kebijakan tersebut juga membuat teman-teman seprofesi seperti kami sama seperti dibenturkan oleh situasi dan keadaan. Menjadi sopir travel sudah ia geluti selama lebih kurang 10 tahun. Ia bergelut di jasa angkutan ini semenjak ia masih dalam status bujangan. Namun semenjak tahun lalu penghasilan mereka sangat minim akibat dampak Covid-19 ini. Pengalaman pahit satu tahun lalu masih sangat berbekas. Ditambah lagi tahun ini kebijakan pemerintah masih melakukan penyekatan. Koko yang bekerja sebagai sopir travel harus banting setir, bekerja apa saja dilakukan agar dapur tetap ngebul saat pandemi melanda ini. "Pada tahun lalu karena corona saya gak ada pemasukan sama sekali. Banyak juga teman-teman yang seprofesi pindah kerjaan seperti menjadi sopir carteran. Namun kalau saya tetap bertahan jadi sopir angkutan umum. Tapi rotenya saja yang berubah, seperti hanya di lintas Kabupaten saja. Seperti lintas Kaur-Bengkulu," ujarnya. Ia menuturkan, pemerintah sebaiknya jangan ada pembatasan selagi masyarakat masih mengikuti protokol kesehatan. Sebab kehidupan mereka hanya bergantung dengan angkutan. Jika penyekatan ini terus-terusan dilakukan, maka otomatis mereka akan semakin sengsara. Terkait pembatasan jalan karena tingginya penularan Covid-19, Koko mengaku tidak percaya dengan adanya virus yang katanya mematikan tersebut. Menurutnya, Covid-19 hanya menguntungkan sebagian pihak untuk mengeruk keuntungan dan permainan semata. "Kalau menurut saya pribadi, sepertinya penyakit yang dinamai covid ini hanya sebatas permainan belaka. Soalnya disetiap tempat kesehatan, penyakit apapun itu mesti di covid-kan. Coba saja seandainya dana untuk virus corona tidak ada, tetu pasti sudah selesai dari dulu," bebernya sambil geleng-geleng kepala. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: