Arip (36) dan Armob (32) : Asam Manis jadi Kurir Paket Belanja Online

Arip (36) dan Armob (32) : Asam Manis jadi Kurir Paket Belanja Online

COD: Salah satu kurir jasa pengiriman barang mengantar paket sistem pembayaran COD pada konsumen, Minggu (19/6/2022).--

SETIAP pekerjaan tentu memiliki asam manis, suka duka, serta resikonya tersendiri. Begitu pula dengan pekerjaan sebagai pengantar paket atau kurir paket belanja online. Resiko di jalan raya sudah pasti didapat. Belum lagi mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari konsumen, khususnya ketika mengantar barang belanja online yang dibeli secara Cash On Delivery (COD) atau bayar ditempat. Sudah banyak ceriTA yang dialami para kurir. Seperti dikisahkan dua kurir paket belanja online yang tinggal di Kecamatan Kaur Tengah. Berikut liputan yang berhasil dihimpun radarkaur.co.id.

HERY KURNIAWAN - Kaur Tengah
-----
Media sosial di Provinsi Bengkulu dalam beberapa hari ini dihebohkan dengan video seorang kurir jasa pengiriman paket belanja online mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari konsumen. Seorang pria berseragam PNS di Kota Bengkulu marah-marah dan tidak mau menerima paket belanja online dengan mekanisme pembayaran COD itu.

Tak hanya mendapat kata-kata kasar. Sang kurir juga sempat dilempar puntung rokok oleh terduga si konsumen yang merupakan ASN di ibu kota Provinsi Bengkulu tersebut. Perkara ini telah dilapor dan sedang ditangani oleh pihak berwajib.

BACA JUGA : Take Over Diam-Diam, PT CBS Bakal Didemo

Soal resiko pada pekerjaan sebagai penyedia jasa pengantaran paket itu. Arif (36) warga Desa Kecamatan Kaur Tengah, pimpinan agen sekaligus kurir salah satu perusahaan jasa pengangkutan Nasional mengatakan, meski tak sampai mengalami kekerasan fisik, ia juga pernah mengalami hal serupa. Ketika dirinya mengantarkan paket dengan sistem pembayaran COD, pada konsumen di salah satu desa di Kabupaten Kaur.

Disampaikannya, pekerjaan sebagai kurir, menghadapi banyak orang sebagai konsumen dengan sifat yang berbeda. Sehingga membutuhkan banyak kesabaran, selalu berkepala dingin.

"Kalau dapat kata-kata kasar dari konsumen pernah, karena konsumen menolak bayar. Alhamdulillah tak sampai mendapat kekerasan fisik. Lalu juga akhirnya dia membayar pesanannya. Itu setelah duduk bersama dan bermusyawarah," kata Arip.

"Pekerjaan seperti kami ini harus banyak-banyak sabar. Pengalaman lain yang kami temui, ada paket COD yang dikirim ke salah satu alamat. Namun yang tinggal di sana, mengakui tidak melakukan pemesanan," tambahnya.

RKa lalu bertanya, apakah kurir atau jasa pengiriman harus membayar paket belanja online, ketika konsumen menolak pembayaran. Dijelaskannya paket akan di-retur atau dikembalikan pada penjual. Setelah sebelumnya dilaporkan pada perusahaan pusat, yang kemudian melakukan koordinasi pada pihak penjual.

Diakuinya baru dua tahun menggeluti pekerjaan kurir jasa pengiriman. Melintasi jalan aspal, terkadang jalan berbatu, bahkan tanah kuning telah dilaluinya. Dalam jangka waktu itu, ia beberapa kali mengalami Laka Lantas ringan, ketika mengantarkan paket pada konsumen.

"Rute pengantaran saya dari Kecamatan Kinal sampai Kecamatan Nasal. Untuk wilayah eks-Kaur Utara sudah ada agen lain," kata Arip.

BACA JUGA : Polres Kaur Khitanan Massal Dalam Rangka HUT ke-76 Bhayangkara

Tak hanya rasa "asam" saja. Dirinya juga mengungkapkan bila pekerjaannya juga memiliki sisi manis. Bertemu dan kenal orang-orang baru dan memperluas pergaulan. Terlebih bila bertemu dengan pelanggan yang ramah. Merupakan sisi manis dari pekerjaannya.

Ia yang juga duduk sebagai anggota BPD Pajar Bulan mengatakan, dengan berkeliling mengantarkan paket. Dirinya bisa melihat pembangunan atau di desa lain, yang berkemungkinan diusulkan untuk juga diterapkan di desanya.

"Lalu ditengah sulitnya cari kerja. Lalu PHK Dimana-mana. Saya sangat bersyukur masih memiliki pekerjaan untuk menafkahi keluarga," ungkapnya.

Masih di kecamatan yang sama. Armob (32) warga Desa Padang Hangat mengatakan, meski hanya mampu bertahan selama satu bulan sebagai kurir. Sedikit banyak ia telah mengalami asam manis pekerjaan tersebut.

Kesulitan mencari alamat tak jelas, sedang nomor telepon yang tertera tak dapat dihubungi menjadi pengalamannya ketika masih menjadi kurir.

Lalu, menjaga barang pesanan konsumen selamat sampai tujuan. Karenanya melakukan pengantaran ketika hujan, harus dilakukan secara hati-hati.

"Kalau soal dapat kata-kata kasar belum pernah. Cuma kalau diomeli ibu-ibu sudah. Karena barang yang dipesan tak sesuai keterangan katanya," ujar Armob.

"Itu yang saya bingung. Belinya di penjual, ngomel-ngomel nya pada kami kurir," tambahnya.

Kadang pulang bekerja sampai larut malam, lantaran pengantaran paket ke daerah dalam. Dirasakannya menyita waktu untuk bersama keluarga. Hal tersebut menjadi pertimbangan berhenti menggeluti pekerjaan kurir. Kembali ke dunia pertanian yang telah lama digeluti. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: