Tangis Panggung

Tangis Panggung

Muhammad Al Fatih seorang mahasiswa sekaligus jurnalis--(dokumen/radarkaur.co.id)

Sorenya saya hubungi Al Fatih dari Balikpapan. Saya minta didetailkan berita apa saja yang ia tulis.

Pertama soal tambang batu bara  ilegal. Yang jumlahnya 21 perusahaan. Ia tulis nama-nama 21 perusahaan itu.

Akibatnya memang panjang. DPRD Kaltim memanggil kepala Dinas Pertambangan. Kenapa semua itu dibiarkan. 

Berita kedua, soal pedagang kaki lima yang jualan iga bakar. Di Jalan Ahmad Yani. Iga bakar Sunaryo. Pedagang itu digusur.

Padahal ada pegadang iga bakar lain yang dibiarkan. Melanggarnya sama. Jaraknya pun hanya sekitar 1 km.

Hanya saja yang tidak digusur itu masih milik keluarga penguasa di Samarinda.

Yang ketiga soal wacana pemotongan insentif guru.

Awalnya, kata wacana itu, insentif akan diturunkan dari Rp750.000 ke Rp250.000.

Itu karena anggaran APBD untuk itu tidak cukup lagi. Alokasi anggaran insentif dipotong banyak.

Ketika wacana ini jadi berita terjadi ribut. Lalu muncul wacana lain: lebih baik insentif guru yang sudah lama jangan dipotong.

Insentif guru yang masih baru saja yang dihapus.

Ribut lagi.

Sekarang wacana ini masih menunggu peraturan wali kota Samarinda atau peraturan daerah.

Saya biarkan dulu Al Fatih menyelesaikan tangisnya.

Lalu saya bercerita bahwa apa yang dialami Al Fatih itulah risiko seorang wartawan. Saya pun mengalami. Tidak hanya sekali. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: