Oleh MUHAMMAD ISNAINI – KAUR, BENGKULU. PRIA berambut ikal itu berjalan lesu menaiki anak tangga rumahnya di pinggir pantai Desa Pengubaian Kecamatan Kaur Selatan Kabupaten Kaur itu. Beberapa kali ia menggaruk kepala. Bukan garukan kepala biasa. Itu garukan kepala pusing. Untung tidak disertai mual dan muntah-muntah. Bisa berbahaya, nanti dikatakan orang positif. Meski bukan positif terkena covid-19. Hari itu, awal bulan Maret 2020. Serangan pandemi Covid-19 sedang heboh-hebohnya. Pun di Kabupaten Kaur, daerah diujung selatan Provinsi Bengkulu. Berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Daerah ini menjadi perlintasan antar kota antar provinsi. Lelaki bernama Matahirin itu sudah kali ketiga menerima “kunjungan” beberapa aparat keamanan. Mereka mendata, mengimbau namun agak setengah memaksa supaya 3 orang tamu asing itu tidak pergi kemana-mana. Mereka bertiga plus dirinya sendiri harus mengisolasi diri dulu. Biar tidak membahayakan orang lain, dari kemungkinan bila mereka terpapar virus yang berasal dari Wuhan China itu. Pada awal bulan Maret itu juga, Matahirin diminta untuk menutup usahanya sementara. Sampai batas waktu yang tidak diketahui. Tidak boleh lagi menerima kunjungan turis asal luar negeri. Yang sudah terlanjur datang tidak boleh berkeliaran diluar Pengubaian Resort. Yang bikin dia pusing bukan Cuma itu. Di buku tamunya, ada 10 wisatawan mancanegara sudah booking dan membayar uang muka. Tidak lagi menerima tamu berarti membatalkan booking-an itu. Membatalkan berarti harus mengembalikan uang muka itu. Pusingnya bukan lagi tujuh keliling, tapi sudah berlipat-lipat dari itu. Namun, dia sangat memegang teguh kepercayaan para customer asal Benua Eropa, Amerika dan beberapa dari Asia seperti Jepang itu. Bisnis yang digelutinya adalah bisnis kepercayaan. Imejnya menyebar dari mulut ke mulut. Imej jelek menyebar lebih deras dibanding imej baik. Karenanya ia sangat menjaga nama baik dan kepercayaan konsumennya. Usahanya juga bukan usaha biasa. Dia orang Kaur pertama yang membuka usaha dibidang pariwisata ini. Butuh ketekunan daan keseriusan untuk menggarapnya. Peras keringat dan banting tulang sudah pasti. Untuk mendapatkan hasil juga butuh waktu tahunan. Dia punya lahan sendiri yang disulap menjadi objek pariwisata. Objek wisata pantai yang dibangun dan dikelolanya seluas tidak kurang dari 10 ribu meter persegi. Terletak tepat dibibir Pantai Pengubaian, Desa Pengubaian Kecamatan Kaur Selatan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Pengubaian Resort menyediakan fasilitas penginapan bagi wisatawan. Sehingga liburan dipantai terasa seperti dirumah sendiri. Konsepnya seperti homestay (rumah tinggal). “Berlibur serasa dirumah sendiri,” ujarnya, menjelaskan konsep wisatanya. Pantai yang terhampar di depan resort-nya itu memang surga bagi peselancar maupun snorkling. Ataupun bagi yang sekedar hobi mandi dilaut. Memiliki pantai berpasir putih. Dan tempat berjemur. Objek wisata itu ia rintis dan bangun dengan menghabiskan ratusan juta tabungan miliknya ditambah dengan pinjaman dari bank. Matahirin ini adalah jenis manusia yang paling patuh dengan aturan. Contoh nyata, soal perizinan. Usahanya ini memiliki izin lengkap. Juga soal ketaatan membayar pajak dan retribusi. Sebelum memulai usaha di Pengubaian Resort, ia sudah lebih dulu merintis pengembangan Pantai Laguna Samudera di Desa Merpas Kecamatan Nasal, yang sudah terkenal itu. Sudah terkenal pantai itu terpaksa harus dikembalikan pengelolaan ke Pemda Kaur, karena lahannya memang bukan miliknya. Selama masa awal pandemi covid-19 yang melanda Kabupaten Kaur. Matahirin terpaksa harus menutup usahanya. Usaha tutup, tapi urusan cicilan bank, tetap harus dibayar. Itu yang membuatnya pusing. Praktis 6 bulan sejak Maret hingga Agustus 2020, ia tidak menerima tamu. Pun tamu dari dalam negeri. Tidak ada pemasukan untuk membayar cicilan. 6 bulan itu, pantainya tidak terurus. Sampah yang dibawa ombak dibiarkan berserak. Ia tidak memiliki uang untuk membayar karyawan. Meja-meja yang terpasang dipinggir pantai disimpan. Hanya ada perahu-perahu nelayan yang bersandar dibibir pantai itu. Selama 6 bulan itu, Matahirin hanya berharap pada kebijakan pemerintah untuk membantu meringankan beban cicilan itu. Kalau ada regulasi yang mengatur perbankan agar memberikan dispensasi bagi pelaku usaha sepertinya. Tentu akan sangat membantu. Harapan baru muncul ketika pemerintah mengumumkan masa “new normal” atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Sejak awal September 2020, perlahan Pantai Pengubaian Resort bangkit. Meja-meja yang disimpan kembali dipasang. Pantai mulai dibersihkan kembali. Namun ia baru menerima tamu dari dalam negeri saja. Pantai ini primadona bagi warga Provinsi Sumatera Selatan. Terutama dari Pagar Alam dan sekitarnya. Kamar-kamar penginapan di resort itu setiap akhir pekan selalu penuh. Ada 9 kamar yang tersedia. Satu kamar khusus untuk tamu VIP. Biasa diisi oleh pasangan yang sedang berbulan madu. Dia juga menyediakan area tenda, juga sering dipenuhi oleh tamu. Mereka yang datang berombongan. Kadang datang dalam rombongan keluarga, komunitas motor atau mobil, atau rombongan rekan sekantor. Matahirin bisa bernafas lega, sekarang cicilannya sudah mulai lancar. Matahirin memainkan strategi dengan mengikuti keinginan tamu. Soal makanan misalnya. Bagi rombongan keluarga, lebih menginginkan memasak sendiri. Tapi minta disediakan bahan masakan. Beras sudah pasti. Untuk lauk umumnya minta Ikan laut. Seperti Ikan Jenihin atau Gebur. Ada juga tamu yang minta disediakan umpan untuk memancing dilaut. “Yang penting tamunya nyaman dan betah disini,” ungkapnya. Pemda Kaur tentu ikut berperan membangkitkan pariwisata pada masa new normal. Akhir Agustus hingga awal September digelar Turnamen Surfing Bertajuk Bupati Cup. Lomba ini diikuti puluhan surfer dari berbagai daerah di Pulau Sumatera dan Jawa. Dibuka dan ditutup Bupati Kaur Gusril Pausi,S.Sos,MAP. Objek wisata Sekunyit Surf yang berdekatan dengan Pengubaian Resort itu masuk dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2020 kategori Wisata Air Populer. Menunjukan kalau objek wisata air itu memang potensial. Pada masa pandemi, tanggal 20 Juni 2020, pengembangan pariwisata di Kabupaten Kaur juga dibahas dalam acara Webinar. Bertajuk “Sarapan LPPM USAHID Series #4 - Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kaur Pasca Pandemi Covid-19”. Acara itu digagas oleh Persatuan Warga Kaur (PWK) Jabodetabek. Dengan keynote speaker Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah,MMA dan Ketua PWK Jabodetabek, Iskandar Novianto yang juga Kepala BPKP Provinsi Bengkulu. Pantai Pengubaian menjadi salah satu objek sasaran pengembangan. Matahirin salah satu pelaku usaha pariwisata yang ikut diundang, saya pun turut mendaftar. Sempat login, namun keluar sesaat sebelum gubernur menyampaikan sambutan. Batal karena harus ketemu relasi. Tindak lanjut dari webinar itu dilakukan beberapa bulan kemudian. Desa Pengubaian dijadikan pilot projek desa wisata. Bupati Gusril Pausi sangat mendukung. Anggota PWK Jabodetabek dan tim dari Universitas Sahid memberikan pelatihan bagi warga lokal. Supaya masyarakat dapat membuat berbagai makanan khas dari bahan lokal yang mudah didapat. Seperti agar-agar dari rumput laut, atau nata de coco dari bahan kelapa yang banyak tumbuh di pantai itu. Intervensi pemerintah ini memang diperlukan. Agar masyarakat semakin sadar wisata. Bahwa potensi objek wisata ditempat tinggalnya harus dikembangkan. Warga lokal mesti terlibat langsung. Pemerintah kebagian membangun fasilitas dan sarananya serta mempermudah perizinan. Sedangkan warga kebagian membangun ekonomi kreatif. Matahirin sepakat, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat seperti itu. Warga memang harus mengembangkan sendiri objek wisata diwilayah tinggalnya. Pemerintah membantu permudah perizinan dan membangun fasilitas jalan. Sebab kalau pengembangan wisata semua dipundak pemerintah, akan lebih sulit. Nilai ekonominya juga kurang terasa oleh masyarakat. “Aku rasa model pengembangan wisata di Kabupaten Kaur, harus ada kolaborasi antara warga lokal dengan pemerintah. Warga lokal ini pelaku usaha wisata. Sedangkan pemerintah membantu fasilitas dan perizinan. Tentu nanti pemerintah akan menerima pendapatan dari retribusi dan pajak,” urai Matahirin. Diakhir cerita, dia hanya berharap situasi tetap kondusif. Ekonomi masyarakat semakin baik. Dan vaksin covid-19 cepat ditemukan. Sehingga Virus corona bernasif sama dengan virus penyebab cacar air dan campak.(**)
Bangkit dari Keterpurukan Masa Pandemi Covid-19, Kembangkan Usaha Pariwisata Berkonsep Homestay
Rabu 21-10-2020,14:20 WIB
Editor : Admin Radar Kaur Online
Kategori :