MAJE - Peristiwa langka super blood moon yang konon terjadi 195 tahun sekali bisa disaksikan di seluruh wilayah Kabupaten Kaur, Rabu malam (26/5). Pristiwa dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di Perigee (bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi).
Hanya saja kejadian ini tidak diketahui secara luas oleh masyarakat. Sehingga kondisi bulan yang berubah warna ini tanpa disadari oleh masyarakat secara luas. Pada saat bulan mulai tampak dari arah timur di wilayah Maje, kondisi bulan tidak memancarkan sinar secara utuh. Pada sisi bulan di bagian atas arah laut seakan tertutup bayangan. Semestinya pada malam ini (Rabu malam, red) berdasarkan hitungan bulan jatuh pada saat purnama. Tentu saja cahaya bulan lebih terang dari sebelumnya. Posisi bulan saat itu dalam kondisi bundar (bentuk utuh,red). Tapi dikarenakan kejadian alam ini, maka kondisi dan posisi bulan berubah total.
"Saya tidak tahu jika ada gerhana. Tapi memang cahaya bulan tidak normal saat posisi purnama, cahaya lebih redup dari malam kemarin (Selasa malam,red). Bahkan kondisi cuaca terkesan seperti mau turun hujan, tapi banyak bintang di langit," tutur Basarudin (50) warga Desa Parda Suka Kecamatan Maje.
Terpisah, Saudin (48) warga Desa Wayhawang Kecamatan Maje menyebutkan, cahaya bulan memang ada perbedaan dari malam sebelumnya. Tapi, jika malam ini terjadi gerhana ia tidak paham. Bahkan ketika diberitahu bahwa kejadian seperti ini langka terjadi, ia tidak paham. Hanya saja perubahan kondisi alam yang bisa dia ketahui. Ia hanya berharap kejadian alam ini bukan pertanda buruk bagi kehidupan masyarakat.
"Saya tidak tahu ada gerhana, apalagi tentang fenomena langka. Saya berharap kejadian ini bukan pertanda buruk. Kalau bisa berharap dengan Allah SWT, kejadian ini bisa menimbulkan kebaikan bagi kehidupan masyarakat di bumi,” harapnya.(mrn)