Parau suaranya seperti Karni Ilyas.
Bang Eel wartawan yang berdisiplin.
Dia yang wawancara saya ketika saya direkrut.
Dia tanya apa agama saya, pertanyaan yang mula-mula terasa agak mengganggu saya, tapi kami akhirnya tertawa, ketika tahu apa maksud pertanyaannya itu.
Dia bilang, kalau kamu Islam, mulai sekarang nabi keduamu deadline, setelah Nabi Muhammad.
Sebagai atasan dan bawahan mengembangkan hubungan yang saling membutuhkan.
Kami cocok.
Sejak hari pertama dia banyak mengandalkan saya.
Saya pun memasok berita-berita yang memenuhi 13 rukun iman berita, layak headline, dan bikin oplah koran kami naik terus.
"Masih, Bang. Ada perkembangan baru. Info dari dokkespol dari hasil otopsi, Sandra hamil, itu bisa ke mana-mana isunya, Bang," kataku, taruh tas sandang di samping komputer dan keluarkan notes.
"Koran lain tahu? Itu tadi jumpa pers?" kata Bang Eel.
Pertanyaan khas dia, redpel yang selalu menuntut berita eksklusif.
"Bukan jumpa pers, tapi beberapa wartawan ada tadi," kataku.
"Menarik. Tapi ke ruanganku dulu, Dur, sebentar," katanya.
"Belum bikin berita, Bang," kataku.
"Halah, kau kan cepat bikin berita. Sebentar aja kok," katanya.