Saya melihat ke angka gajinya, itu lebih penting.
Tidak besar, tapi tidak juga kecil.
Jadi wartawan tak membuatmu kaya, tapi tak akan bikin kamu miskin juga, kata Bang Eel suatu hari.
Angka gaji itu menari-nari di dalam kepala saya, membuat saya berhitung, sepertinya sudah bisalah saya berpikir untuk menikah.
Ini kota yang berbahaya kalau terus-terusan melajang hidup sendirian.
Ustad Samsu berkali-kali mengingatkan itu.
Kata beliau, jangan terlalu cemas dengan penghasilan.
Bukan besarnya yang penting.
Tapi berkahnya. Dan menikah adalah jalan untuk memanen keberkahan.
Bang Ado sekali lagi memberi selamat sebelum aku keluar dari ruangannya.
Saya sedikit terbebani oleh pesannya yang terakhir, ”hati-hati saja sama Eel,” katanya.
Saya bertanya, ”Kenapa, Bang? Saya malah sejak awal agak berhati-hati sama Mas Jon…”
”Jon sudah selesai, sudah bisa kamu atasi itu. Bertahun-tahun koran ini tergantung sama dia, sejak kamu ada, tak bisa lagi dia mengatur berita semau dia. Sandra itu buktinya. Kalau tak ada kamu, Dur, tak akan bisa jadi semenarik itu liputan koran kita,” kata Bang Ado.
”Kalau Bang Eel kenapa?”
”Pokoknya hati-hati sajalah. Nanti kamu tahu sendirilah.”
Aku menduga-duga, apa ini ada hubungannya dengan kejadian semalam?