”Iya, malu, kita. Bos!” kata Yon. Dia memanggil siapa saja dengan sapaan Bos.
Yon dirotasi ke pos liputan kriminal menggantikan saya. Yon sebenarnya reporter yang masuk sedikit lebih dahulu daripada saya. Saat saya datang ke kantor ini dengan rekomendasi dari ”Suara Balikpapan” lowongan wartawan sudah terisi penuh. Rekomendasi dari koran anak sulung grup kami itu yang bikin Bang Eel dan Bang Ado mempertimbangkan hal lain dan menerima saya. Karena itu kepada dua orang ini saya punya semacam rasa berutang juga.
Yon ngepos di liputan hiburan. Orangnya asyik. Modis dengan pakaian selalu dari brand terpilih. Rapi dengan model rambut yang secara berkala ia atur di salon. Tegak di atas dengan krim pengatur rambut. Suka nyanyi rock. Di kantor dia rocker andalan kami. Sambil ketik berita dia bisa teriak-teriak lagu Bon Jovi. Lebih kayak artis daripada wartawan. Kalau cari dia, carilah di kafe-kafe dengan homeband yang memainkan rock. Karaoke Abigail jelas bukan habitat dia.
”Jadi ini kelanjutan liputan Sandra gimana?” Mas Jon belum puas dan terus mencecar. Tampaknya dia punya rencana. ”Terus terang, aku curiga. Aku lihat kamu dan Eel semalam di Patron’s Café. Terus hari ini ada iklannya di koran kita. Itu kafe dari dulu aku lobi gak pernah mau pasang iklan di tempat kita. Apa ini ada hubungannya dengan sensor info kehamilan Sandra?”
Tiba-tiba Bang Ado nongol, mendorong pintu rapat dengan selembar data laporan dari pemasaran. ”Dur, coba kalian bahas ini. Laporan teman-teman pemasaran. Retur jadi 30 persen. Tinggi sekali. Ini retur di hari-hari pertama kita terbit. Tak pernah terjadi selama kasus Sandra. Kalah kita sama koran lain,” katanya.
Yon yang duduk dekat pintu berdiri ambil kertas yang disodorkan Bang Ado lalu serahkan ke saya.
Saya kesal juga diserang terbuka di rapat yang pertama saya pimpin ini. Serangan dobel lagi. Belum kutangkis Bang Jon, ada lagi serangan lain dari Bang Ado, semua mengarah ke posisi saya saat ini.
Saya membaca sekilas angka-angka itu, jam film selesai proses, pelat selesai, mulai cetak, selesai cetak, koran diterima agen, jumlah cetak, jumlah koran per agen dan pengecer, jumlah laku dan retur, serta persentasenya. Dengan perbandingan hari sebelumnya. Memang retur meningkat hampir di semua agen.
Saya memabca sambil memikirkan apa jawaban dan langkah terbaik untuk tantangan ini. “Oke, kita kan sudah punya perencanan liputan untuk seminggu ke depan. Sudah saya usulkan di rapat besar yang lalu. Masih ada catatannya di Mbak Mila. Nanti saya bagi tugas siapa yang harus liput isu yang mana. Mas Jon tak ikut dalam liputan untuk isu-isu yang sudah kita sepakati itu.”
”Lho, kok kami ngatur saya?” kata Mas Jon.
”Ini koordinasi tim redaksi, Mas Jon. Bukan ngatur Mas Jon. Silakan Mas Jon bikin berita kalau ada info lain di luar yang sudah kita rancang itu. Pasti ada, sumber-sumber Mas Jon kan banyak,” kata saya tegas tapi berusaha untuk tak terasa terlalu kasar. Hal-hal begini saya terlatih dalam munadarah di pesantren.
”Kita sudah hampir sebulan leading. Pasti bisa nemu sisi liputan yang lebih eksklusif lagi. Tugas kita hari ini bikin koran untuk balikin oplah laku seperti rata-rata minggu lalu. Retur di bawah 20 persen! Bahkan pernah lima persen saja. Dulu bisa. Masa gak bisa lagi…,” kata saya.
Saya lanjutkan rapat dengan me-listing berita. Ada beberapa berita bagus. Dari pos Balai Kota dan DPRD ada berita rencana penerapan ”Perda Kependudukan” yang bakal mengatur keluar masuk penduduk dari dan ke kota pulau ini. Bakal rebut itu. Isu sensitif dan lezat bagi politisi-politisi lokal yang cari panggung. Beberapa kali sudah diangkat oleh ”Metro Kriminal”. Saya memfokuskan ke isu itu juga saat wawancara dengan Restu Suryono, pengacara dan politisi kharismatis itu. Saya ingat ada rencana bertemu dia terkait donasi untuk Panti Asuhan Abulyatama. Ada juga beberapa berita Yon, berita hiburan, artis yang bakal manggung di beberapa tempat hiburan di Batam.
“Ada Cici Faramida di Noname besok. Kita dapat iklan kecil sama barter tiket,” kata Yon. ”Saya masih boleh liputan di hiburan ya?”
”Asal gak kecolongan di kriminal, Yon. Kalau bisa dapat wawancara sama Cici Faramida-nya ya, kita bikin satu halaman deh, isunya kan dia simpanan pejabat dari sini,” kata saya. Beberapa wartawan berebut usul mau wawancara. Ketegangan di ruang rapat mengendur.
Mas Jon tampak kesal dan marah. Dia bilang hari itu dia tak ada berita.