Oleh: Hasan Aspahani
FERDY datang terlambat ke kantor, hampir dua jam. Saya paling tak bisa menoleransi ketakdisiplinan.
Apalagi ini dilakukan Ferdy, wartawan baru yang sangat kuharapkan menjadi tulang punggung liputan Dinamika Kota.
Ferdy bilang berita sudah dia cicil ketikannya di ponsel.
Saya tak percaya orang bisa mengetik dengan baik di gawai sekecil itu. Nyatanya ia bisa.
Hanya terlambat belasan menit dari deadline menyerahkan berita, dia sudah setor berita.
Satu berita utama dan dua sisi lain yang menarik. Tentang kondisi hotel tempat pembantu korban.
Ia juga menulis sedikit profil pembantu itu.
Namanya Runi. Orang Bima. Ferdy wawancara kawan Runi yang mengengoknya di tahanan polisi. Orang satu kampung.
Runi berpacaran dengan Awang. Lelaki Melayu yang kerja serabutan, sesekali kerja sebagai sekuriti atau bawa taksi gelap.
Sekuriti di komplek perumahan yang jadi TKP kenal dengan Awang.
Awang sering datang menemui Runi. Awang menghilang sejak Putri menghilang. Saya mengendus perkembangan cerita yang menarik dari dua sosok ini.
Profil Awang dan kondisi perumahan yang jadi TKP bisa untuk jadi bahan liputan berukitnya. Saya mencatatnya di buku catatan saya, bahan buat rapat redaksi.
Selesai mengetik berita Ferdy pamit pergi buru-buru. Ia bilang akan kembali lagi selepas Isya, masih ada berita yang mau dia ketik, tapi sementara itu ada urusan yang ingin ia bereskan katanya.