Siapa Membunuh Putri (24): Tersangka, Tapi...

Senin 26-09-2022,07:00 WIB
Reporter : Adminradarkaur
Editor : Adminradarkaur

”Kenapa dia mau pindah? Nanti kata orang kita yang bawa mereka. Mentang-mentang kau dan aku dari Metro Kriminal, Yon ikut pindah, ini Mila lagi,” kata Bang Eel. 

Saya tak menceritakan soal pelecehan yang dilakukan Beni kepada Mila.

”Tapi memang di sana kayaknya tak kompak lagi, Bang... Tak macam kita dulu,” kataku. 

”Iya. Saya sering jumpa dan tanya kawan-kawan di sana, semua sibuk sendiri. Teman-teman yang menggantikan kita itu seharusnya bersyukur dapat kesempatan naik. Masa tergantung kau, tergantung aku,” kata Bang Eel. 

”Mila gimana, Bang?”

”Suruh dia ketemu aku,” kata Bang Eel.

Ketika aku sampaikakn pesan itu Mila tampak enggan.  Saya bilang terserah dia. Keputusan ada di Bang Eel, bukan saya. Saya sudah sampaikan padanya. 

“Kenapa, sih, kok kamu menghindari Bang Eel? Kalau nanti kerja di sini kan ketemu juga tiap hari,” tanyaku. 

”Tak apa-apa, kan ada Mas Abdur,” kata Mila.

Mila akhirnya mau menemui Bang Eel dan mulai bekerja di Dinamika Kota. 

Saya melihat Mila yang semula, yang riang dan bekerja dengan efisien. Mbak Nana bilang sangat terbantu. Kerja kesekretariatan di redaksi surat kabar itu bukan pekerjaan yang bisa diremehkan juga.

Sebagai pemred saya bergantung pada rekap produktivitas masing-masing wartawan yang dibuat sekretaris untuk mengatur para wartawan itu, memicu produktivitas dan semangat kerjanya.  

Untuk beberapa urusan, Mila harus sering keluar kantor. Membeli ATK di Edukits, mengantar undangan narasumber untuk diskusi redaksi rutin, atau berkoordinasi dengan percetakan. 

Semua pekerjaan itu selama ini ditangani Mbak Nana. Saya memberi kesempatan Edo untuk lebih sering melayani kerja sekretaris redaksi. Saya sengaja menjaga jarak dengan Mila.

Tampaknya Edo ada hati pada Mila. Dia rapi sekarang, mulai tak tampak lagi bekas-bekas premannya.

Kecuali tato Terpedo itu. Itu sejarah dan identitas, katanya. 

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler