Di audio itu, si penjual dawet bercerita heroik: menolong polisi yang lagi menolong anak kecil yang terjepit.
Keterangan penjual dawet itu begitu nyata. Dia menyebut nama polisi yang menolong anak kecil itu.
Dia menolong polisi yang lagi menghadapi ancaman Aremania.
Dia selamatkan polisi itu ke dalam tokonya. Polisi itu digambarkan begitu baik. Membasuh muka anak kecil itu dengan air.
Masalahnya: tidak ada toko dawet di sekitar stadion itu. Apalagi di depan pintu 3. Kian dicari, wanita itu kian menimbulkan misteri.
Wartawan tidak mampu memecahkan misteri itu. Yang memecahkannya justru si penjual dawet itu sendiri. Kemarin. Rabu. Siang hari.
Dia tiba-tiba datang ke rumah tokoh Aremania di Singosari, utara Malang.
Dia mengaku bernama Suprapti S.Pd. Orang pun jadi tahu. Dia petinggi DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Malang.
Itu diketahui dari iklan ucapan selamat yang pernah dia buat. Yakni saat NU berulang tahun pada 2020.
Dia, sebagai pimpinan partai, mengucapkan selamat di iklan itu. Ada logo Partai PSI. Lengkap dengan foto dirinya yang pakai baju muslim dan jilbab hijau.
Suprapti tiba-tiba ke rumah Sam Nawi. Dia ingin bertemu istri Sam Nawi.
Tokoh Aremania itu meninggal di tragedi Kanjuruhan. Nawi adalah dirigen Curva Nord Stadion Kanjuruhan.
Nawi-lah, 45 tahun, yang memberi komando yel-yel dan lagu-lagu sepanjang pertandingan. Yakni dirigen khusus di bagian utara stadion.
Nama Nawi memang disebut oleh si penjual dawet di audio yang viral itu. Sebagai pemabuk. Dan lain-lain.
Di situ seolah si penjual dawet sudah tahu persis siapa Nawi.
Dan kemarin si penjual dawet ke rumah Nawi. Untuk minta maaf.