Saifudin Rohmaqèŕqqqààt
Dari tulisan Pak Disway di atas, kita jadi tahu. Tentang modal pendirian pabrik semen Padang. Yaitu 1.350.000 gulden. Yg menjadi pertanyaan adalah berapa rupiah nilainya kalau dikurskan saat ini? Saya tak tahu pastinya. Tapi bisa mengira ngira sekedar memberi gambaran saja. Pada tahun 1913 seorang Belanda bernama Tuan AJM Ledeboer membuka peternakan kambing di Probolinggo Jawa Timur. Ia punya uang 400 gulden dan membeli anakan kambing umur di bawah 3 bulan. Ia mendapatkan 88 kambing. Jadi harga setiap anak kambing 4,5 gulden. Saat ini harga anak kambing, saya tidak tahu pasti. Karena saya tidak pelihara anak kambing tapi pelihara anak orang. Katakanlah harga anak kambing tahun ini Rp 500.000. Jadi bisa dihitung 1 gulden sama dengan Rp 111.000. Sehingga sekarang jadi tahu berapa rupiah pendirian pabrik semen padang. Yaitu 111.000 x 1350000 = Rp 149.850.000.000. Kira kira 150 milyar rupiah modal awal untuk mendirikan semen padang tahun 1910 itu. Demikianlah gambaran yg bisa saya tuliskan. Sekian.
yusuf ho
Toboali, Sungai Selan, Koba, Batu Rusa, Merawang, Sungai Liat, Belinyu, Munto, Kurau, ada di Bangka
jonny yung linardin
Dokumen kuno yg menyebutkan beberapa kota tujuan yg disyway tidak tahu lokasinya saat ini adalah. Di Bangka juga Toboali Bangka Selatan, Sungai selan, koba Bangka Tengah, batu rusa, merawang, Sungailiat, belinyu, mentok. Jadi kesimpulannya gedung 2x yg dibangun pada masa itu sudah pakai semen padang. Mungkin banteng kuto panji yg di belinyu jg pakai semen padang.... Boleh dicoba berapa kerasnya.
Asep Sumpena
Saya pikir Pak DI sedang merendah, sebagai teman Ahok eh BTP, masa tidak tahu Sungai Liat dan Muntok. Namun ngomong-ngomong mengapa Soengai Liat ditulis dengan 'oe' sedang Muntok ditulis dengan 'u'. Apakah salah tik atau memang demikian tertulis di dokumennya? Lalu Penang dan Singapura dianggap bukan luar negeri? Maksudnya masih bagian Hindia Belanda? Bukankah Penang dan Singapura daerah koloni Inggris saat itu?
Rihlatul Ulfa
Disidang pertama bharada E, saat diakhir sidang, JPU mengatakan akan menghadirkan 12 saksi, orang tua brigadir J dll. sontak Hakim mengatakan ' untuk membuat sidang yg murah dan efisien, kalau tidak bisa datang kepengadilan, bisa melalui zoom, nanti kami akan berkordinasi dengan pengadilan negeri Jambi untuk mempersiapkan itu' sontak JPU terlihat bingung dan kaget. JPU mulai menjelaskan dengan pembicaraan bahwa 12 saksi akan hadir dipersidangan, tapi lagi-lagi Hakim seperti menekankan tidak masalah jika saksi memberikan kesaksiannya lewat zoom. tidak lama saya baca berita dari kompas.com, bahwa ayah brigadir J lebih memilih u/ memberikan kesaksiaan melaui zoom, karena alasan lebih efisiensi. kemarin saat persidangan ternyata ke 12 saksi semua hadir di PN Jaksel. tapi yg *anda sudah tahu* bahwa ternyata audio persidangan sengaja dimatikan. jika kita runut dari awal, apakah Hakim mengalami intimidasi? terakhir saya tahu dari wartawan Tempo saat live streaming, bahwa Komarudin Simanjuntak mengatakan lebih baik 12 saksi hadir langsung dipersidangan, meminimalisir jika terjadi koneksi lambat, sinyal yg jelek dan kesalahan teknis. bahwa JPU sudah mengantisipasi itu maka tetaplah 12 saksi tersebut diterbangkan ke Jakarta. JPU masih kecolongan bahwa audio pusat pengadilan dimatikan, ratusan ribu orang mungkin yg sedang menonton melalui televisi dan live streaming sama sekali tidak bisa mendengarkan kesaksian 12 saksi tersebut.