Rudi Salam Meninggal Dunia, Chris Salam: Sudah Lama Depresi hingga Hipersomnia!

Jumat 18-11-2022,14:19 WIB
Reporter : Redha Pitria
Editor : Muhammad Isnaini

Dikutip dari klikdoter.com, menurut penelitian tahun 2015 dari Current Sleep Medicine Report, orang yang depresi tidur lebih sering.  

BACA JUGA:Malam Puncak HKN ke-58, Gubernur Bengkulu Jalin Kerjasama dengan 8 RS Pengampu 

BACA JUGA:Kemenag Sambut HGN 2022 dalam Ajang Anugerah ‘GPAI’, Bagaimana Nasib PPPK Kemenag 2023?

Hipersomnia atau kondisi tidur berlebihan sering dikaitkan dengan gejala depresi atipikal atau atypical depression.  

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, sebenarnya ada beberapa hal yang menyebabkan orang depresi mengalami hipersomnia.  

Psikolog Ikhsan menuturkan, terdapat faktor lain yang menyebabkan orang mengalami depresi dengan gangguan sering ketiduran atau tidur lebih lama.

Mereka kerap berpikir jam tidur yang panjang dapat menurunkan rasa lelah.

BACA JUGA:PENGUMUMAN Segini Masa Kerja PPK PPS Pemilu 2024 sesuai diatur PKPU No 8 Tahun 2022 

BACA JUGA:Sosialisasi Perbup No 18 Tahun 2022 tentang Pendidikan Karakter Pelajar Berseri

Padahal, setelah bangun dari tidur tidak mengubah kondisi apapun.

Gejala dengan gangguan tidur menyebabkan penderita hipersomnia tidur dalam waktu yang lama atau malas beranjak dari tempat tidur.  

Dikutip dari hellosehat.com:

Beberapa studi telah menemukan bahwa orang yang tidur 9 jam atau lebih di malam hari memiliki tingkat kematian yang secara signifikan lebih tinggi dibanding orang yang tidur selama 7-8 jam semalam.

Beberapa studi menemukan bahwa orang dengan waktu tidur lebih dari 9 jam di malam hari memiliki tingkat kematian lebih signifikan dari orang yang tidur di jam normal yaitu 7-8 jam.

BACA JUGA:Perjuangkan Gelar Kepahlawanan sang Kakek, Ashanty hadiri Seminar Nasional di IAIN Curup 

BACA JUGA:Food Traveller, 5 Rekomendasi Tempat Makan Terenak di Bengkulu, edisi Liburan Akhir Tahun!

Kategori :