Untuk itu pemerintah mulai melakukan serangkaian uji coba menggunakan CNG sebagai bahan bakar pengganti Pertalite maupun Solar.
Apalagi harga CNG jauh lebih murah dari pertalite maupun solar. CNG diedarkan dengan harga Rp3 ribu perliter.
Namun ditengah usaha pemerintah mengembangkan bahan bakar pengganti BBM itu beberapa pihak menyarankan supaya pemerintah hati-hati dan cermat.
BACA JUGA:Aturan Baru BBM, 3 Jenis BBM Dilarang, Pertalite dan Solar Dihapus per 1 Januari 2023?
Meskipun saat ini tren transisi energi baru terbarukan termasuk CNG saat ini sedang digaungkan negara maju.
Pemerintah diminta untuk secara cermat dan hati-hati menyikapi tren transisi energi baru terbarukan yang tengah digaungkan banyak negara maju. Sebab peran sektor minyak dan gas bumi yang masih besar terhadap perkembangan ekonomi nasional masih perlu mendapatkan perhatian.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro berpendapat, peran migas dalam bauran energy primer global dan Indonesia untuk saat ini dan beberapa tahun ke depan masih akan signifikan.
“Kesiapan dan akselerasi pengembangan EBT terutama dalam merealisasikan harga yang lebih kompetitif dengan energi fosil, akan menjadi penentu kesuksesan pelaksanaan transisi energy,” kata Komaidi dalam diskusi dan media gathering dengan para pimpinan redaksi media yang digelar bersama Petronas, di Surabaya, Rabu (9/11/2022).
BACA JUGA:Tenaga Honorer diangkat PNS Tanpa Tes? Pastikan Namamu Terdaftar di BKN Sebelum RUU Disahkan!
Saat ini, lanjut Komaidi, migas masih memiliki peran penting dalam bauran energi primer global. Porsi migas dalam bauran energy primer global 2020 sekitar 56%. Konsumsi minyak bumi global selama 2011-2021 tercatat meningkat sekitar 0,11% per tahun.
Sementara konsumsi gas bumi global pada periode yang sama meningkat sekitar 1,78% per tahun.
Oleh karena itu, perlu adanya kehatian-hatian dalam menjalankan strategi transisi energi agar nantinya tidak berdampak negatif terhadap sektor minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri. Terdapat risiko besar yang perlu dihadapi pemerintah apabila nantinya sektor migas terdampak.
Komaidi menjelaskan, kendati kontribusinya terhadap keuangan negara relatif rendah, tetapi dari 180 sektor yang ada di dalam negeri, setidaknya terdapat 140 sektor industri yang memiliki kaitan erat dengan sektor migas.