5 Tradisi Unik Ramadhan dan Lebaran di Kaur Bengkulu, ‘Njamu’ hingga ‘Melemang Nujuh Likur'

Sabtu 18-03-2023,16:55 WIB
Reporter : Redha Pitria
Editor : Muhammad Isnaini

Masyarakat kabupaten Kaur akan mengadakan hajatan atau Do’a bersama di rumah masing-masing. 

Acara jamuan itu mengundang tetangga dan kerabat dekat. Bentuk rasa syukur itu direalisasikan dengan memberikan hidangan jamuan yang dimakan setelah Doa bersama. 

2. ‘Melemang Nujuh Likur’ atau Bakar Lemang Malam 23 Ramadhan

‘Melemang’ atau budaya Bakar Lemang termasuk tradisi turun-temurun yang ada hingga kini di Kabupaten Kaur. 

Melemang diadakan setiap menyambut malam 23 Ramadhan. Mulanya tradisi ini diwariskan oleh masyarakat Desa Babat, kemudian menyebar ke wilayah lain di Kaur. 

Tradisi Melemang adalah upaya memasak ketan bakar yang dibungkus batang bambu muda. Lemang akan disajikan pada saat ‘Hajat’ setelah Sholat Tarawih menuju 23 Ramadhan. 

BACA JUGA:Selamat! 12 Jurusan Ini Menjadi Formasi Prioritas CPNS dan PPPK, Persiapkan Diri Mengikuti Tes 

BACA JUGA:1 Juta Formasi CPNS dan PPPK 2023, Peluang Lulus Terbuka jika Kuasai 3 Tahap Ini

3. Bakar Tunam Malam Puncak Menyambut Lebaran

Malam terakhir pasca puasa bungsu, masyarakat Kaur menyebutnya tradisi Bakar Tunam. 

Oleh masyarakat Kaur setiap malam memyambut lebaran. Pada saat takbir lebaran berkumandang, di depan rumah akan dinyalakan ‘Tunam’ atau Batok Kelapa dibakar.

Batok Kelapa itu disusun menggunakan satu kayu yabg ditusuk menggunakan lubang tengah batok kelapa. Meriahnya malam takbir diramaikan dengan nuansa nyala api ‘Tunam’. 

4. Budaya Sesitian atau Cak Sitian Masyarakat Trans-Nasal

Kategori :