"Saya pikir kita akan mengalami konflik yang tidak disengaja dalam beberapa hal karena kita akan mengalami sesuatu seperti tabrakan," jelasnya.
"Baik kapal selam akan saling menabrak atau pesawat akan memotong satu sama lain atau seseorang memicunya, dan semuanya mulai lepas kendali," tambahnya lagi.
Diketahui bagi China, Taiwan adalah salah satu provinsinya yang akan direbut dengan cara apapun. Sementara Taiwan, menganggap dirinya negara berdaulat.
AS masuk ke pusaran konflik sebagai pendukung utama Taipe. Meski tak mengakui Taiwan sebagai negara, AS menjadi pendukung utama militer Taiwan.
Pekan lalu, situasi di Selat Taiwan memanas pasca kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen ke California AS, untuk bertemu Ketua DPR Kevin McCarthy. Hal ini membuat China melakukan latihan perang besar-besaran dengan operasi "tembak langsung".
Sejumlah senjata mematikan juga turun. Termasuk kapar induk Shandong, kapal perang, jet tempur dan bomber nuklir H-6.
"Memperkuat pelatihan militer yang berorientasi pada pertempuran yang sebenarnya" kata Presiden China Xi Jinping saat muncul melihat pasukan dimuat AFP.
"Dengan tegas mempertahankan kedaulatan teritorial dan kepentingan maritim China, dan berusaha untuk melindungi stabilitas kawasan secara keseluruhan," ujar Xi menurut CCTV lagi.
Mengutip data statista.com, nilai ekspor barang dari Taiwan ke China dalam lima tahun terakhir 2017-2021 terus meningkat. Pada 2017, nilai ekspor Taiwan ke China mencapai US$88,75 miliar, bertambah pada 2018 menjadi senilai US$96,5 miliar.
Nilai ekspor Taiwan ke China sempat turun tipis pada 2019 senilai US$91,79 miliar. Namun kembali melonjak pada 2020 menjadi sebesar US$102,45 miliar.
Kemarahan China ini sempat juga terjadi kala Ketua DPR AS sebelumnya Nancy Pelosi datang ke Taipe 2022.
Selain mengerahkan latihan militer, China mengharamkan impor jeruk, kerang, ikan beku makarel, termasuk gula, biskuit, hingga roti dari Taiwan.***