Menurutnya apabila ada rakyat yang membangkang maka pihak kerajaan tak segan menangkap dan memburunya hidup-hidup.
Selain itu adagium Cipto Mangunkusumo sebagai “Tokoh Pergerakan Nasional Anti Raja” Juga terbentuk akibat keberanian pria kelahiran 4 Maret 1886 di Jepara Jawa Tengah menentang aristokrasi Jawa yang arogan.
BACA JUGA:Marketplace Guru Diluncurkan, Nadiem Makarim Ingatkan Sekolah Haram Lakukan Ini
BACA JUGA:Masuk Marketplace Guru, Masa Kontrak Kerja PPPK Otomatis Dihapus, Syaratnya Ini
Ia tak segan memprotes Pakubuwono X karena punya harta yang bergelimang namun masih saja menarik pajak rakyat seberat-beratnya.
Menurut George D. Larson dalam “Masa menjelang revolusi: keraton dan kehidupan politik di Surakarta, 1912-1942” (1990).
Pada tahun 1919 nama Cipto Mangunkusumo memenuhi tampak depan surat kabar Belanda.
Media kolonial tersebut memfitnah Cipto akan melakukan pembunuhan Raja Pakubuwono X.
BACA JUGA:Kuliah Sambil Usaha, Mahasiswa asal Kaur Sukses jadi Peternak Ayam Jago
Akibatnya pemerintahan Kasunanan Surakarta dengan kolonial Belanda bekerja sama untuk mengamankan wilayah Pakubuwono X.
Bahkan Pakubuwono sampai mengutus badan intelijen kerajaan bernama “Telik Sandi” untuk memata-matai Cipto dan kawan-kawan lainnya yang punya visi misi ingin meruntuhkan kekuasaan Pakubuwono X.
Selain menyasar Pakubuwono X, kabar burung Cipto yang akan melakukan pembunuhan Raja Jawa tersebut menyasar juga pada Raja Mangkunegaran VII.
Penguasa Jawa yang punya Legiun (Angkatan Bersenjata) nyaris khawatir dengan wacana pembunuhan yang akan Cipto lakukan terhadapnya.
BACA JUGA:Jalan Usaha Tani Dibangun di Padang Panjang, Manfaatkan Dana Desa 2023
BACA JUGA:Tips Menghadapi Kemarau Panjang, Penduduk 32 Wilayah Diingat Lakukan 5 Hal