Sehingga pernikahan yang menyatukan dua orang beda suku tersebut dikhawatirkan menimbulkan penindasan.
BACA JUGA:Dibangun Dilahan 75 Hektar, Stadion Bengkulu ada dalam Kawasan BISC, Lokasinya Disini!
BACA JUGA:Stadion JIS Sudah Standar FIFA, Parkir Bukan Masalah, Ada Shuttle Bus Menuju Area Stadion
Ada anggapan bahwa seorang wanita yang berasal dari Suku Batak selalu dianggap lebih dominan dalam rumah tangga dan rentan menindas pasangannya yang berasal dari Suku Jawa.
Padahal, anggapan tersebut tak sepenuhnya benar karena tidak semua karakter suku Batak dan Jawa sama.
Notty J. Mahdi selaku Antropolog Forum Kajian Antropologi Indonesia juga pernah menjelaskan cinta beda suku antara Batak dan Jawa.
Menurut Notty, adat istiadat kedua suku tersebut terbilang rumit dalam putaran hidup manusia (life cycle) dan berbeda satu sama lain.
BACA JUGA:7 Hotel Murah di Kota Bengkulu, Cocok buat Staycation Libur Sekolah, Harga Mulai dari Rp 70 Ribuan
Bagi orang Batak, marga sangat penting karena keturunan diperhitungkan berdasarkan garis ayah.
Pria Batak yang menikah dengan wanita di luar suku Batak harus mengadakan upacara pemberian marga untuk sang istri sehingga nanti keturunan mereka memperoleh peran dalam adat.
Selain latar belakang karakter dan adat istiadat, pernikahan suku Batak dan Jawa juga dianggap tabu karena identik dengan perbedaan agama.
Suku Batak sering dikaitkan dengan agama Kristen, sedangkan suku Jawa dianggap mayoritas menganut Islam.
Padahal anggapan tersebut sama sekali keliru.
BACA JUGA:Menolak Al Zaytun Difatwa Sesat, Panji Gumilang Sebut MUI Hanya LSM
Ada kok suku Batak yang mayoritas beragama Islam, contohnya Batak Mandailing.
Masyarakat Suku Jawa juga ada yang menganut agama Kristen.