Dhol ini adalah alat serupa tambur. Body-nya terbuat dari kayu, lalu ujungnya ditutup dari kulit sapi atau kerbau.
Berikutnya, Tabut Naik Puncak (Pangkek) atau simbol masa keemasan Islam.
BACA JUGA:Marcelino Ferdinan Borong 2 Gol Lawan FC Groningen, Netizen: Auto dilirik Groningen !
Puncak dari rangkaian ritual ini adalah Pelepasan Tabut Menuju Karbala.
Dalam sebuah parade, kegiatan diikuti oleh 17 Tabut dengan inti Imam dan Bansal.
Tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara Tabut mulai dikenal di Bengkulu.
Namun, diduga kuat tradisi yang berangkat dari upacara berkabung para penganut paham Syiah ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu.
BACA JUGA:KABAR GEMBIRA, 44 Calon Taruna asal Kaur Lolos Seleksi Pentaru KKP 2023, 1 Cadangan, Ini Rinciannya
Para tukang bangunan tersebut, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India yang kebetulan merupakan penganut Islam Syiah.
Para pekerja yang merasa cocok dengan tata hidup masyarakat Bengkulu, dipimpin oleh Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin, memutuskan tinggal dan mendirikan permukiman baru yang disebut Berkas, sekarang dikenal dengan nama Kelurahan Tengah Padang.
Tradisi yang dibawa dari Madras dan Bengali diwariskan kepada keturunan mereka yang telah berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu asli dan menghasilkan keturunan yang dikenal dengan sebutan orang-orang Sipai.
Tradisi berkabung yang dibawa dari negara asalnya tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan sebutan upacara Tabut.
BACA JUGA:Kaget Ular Merayap di Kemudi, Sopir Calya Banting Stir Berakhir Nyungsep di Kebun Jagung