Dan strategi global Amerika mana pun yang layak disebut namanya harus mempertimbangkan fakta yang tak terbantahkan ini.
BACA JUGA:Minyak Rusia Tetap Menjadi Pilihan Utama China dan India
BACA JUGA:Abu Nawas Pantati Sultan Harun Ar Rasyid, Bukan Marah justru Tertawa Terbahak-Bahak
Pengakuan Rusia sebagai negara adikuasa
Dia mencatat bahwa "Moskow telah melakukan modernisasi radikal dan peningkatan kekuatan nuklir dan konvensional negara itu, mencapai hasil yang sangat mengesankan."
“Demikian pula, tidak ada keraguan bahwa Moskow mampu menggunakan kemampuan kekuatan 'lunak' dan 'tajam' dari sebuah kekuatan besar,” tambah Lethem.
"Akhirnya - dan ini sangat penting - salah satu komponen kunci dari status negara adidaya selalu persepsi diri. Dan tidak ada keraguan bahwa Rusia memandang dirinya sendiri dengan cara ini," yakin sang profesor.
Karena itu, lanjutnya, "tidak ada sedikit keraguan bahwa Rusia adalah negara adidaya", dia memiliki semua yang diperlukan untuk ini.
BACA JUGA:Efek El Nino di Kabupaten Kaur, Sejumlah Titik mulai Kekeringan
BACA JUGA:Abu Nawas Pantati Sultan Harun Ar Rasyid, Bukan Marah justru Tertawa Terbahak-Bahak
Dalam hal ini, Lethem menyerukan kepada Amerika Serikat untuk mengakui fakta ini, serta fakta bahwa sekarang adalah "zaman persaingan adidaya multipolar".
"Kesalahpahaman bahwa ini adalah sesuatu yang lain - Perang Dingin II" atau analogi serupa di mana AS adalah "satu-satunya negara adikuasa yang tersisa".
Adalah salah memahami lingkungan geopolitik di mana kita menemukan diri kita hari ini.
Kekuatan Rusia dan posisi Rusia dalam tatanan internasional - ini adalah langkah menuju kejelasan strategis.
Mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi, tidak ada salahnya kita mengambil langkah ini," simpul sang profesor.***