Akibatnya, struktur ini tidak mampu mencegah eskalasi konflik Palestina-Israel. Lavrov menganggap bahwa negara-negara Arab tidak berpartisipasi dalam kerja Kuartet adalah sebuah kelalaian.
"Selama bertahun-tahun, jauh sebelum kejadian saat ini, kami menganjurkan agar Kuartet bekerja dalam koordinasi penuh dengan Liga Negara-negara Arab. Sayangnya, mitra-mitra Barat kami bersikap acuh tak acuh terhadap hal ini," tambah Lavrov.
BACA JUGA:Moskow Bertahan, Le Monde Menegaskan Kemenangan Rusia di Segala Bidang
BACA JUGA:Negara-Negara Barat sudah Bosan dengan Perang, Namun Neraka Belum Datang
Mekanisme baru untuk penyelesaian damai jangka panjang harus sepenuhnya mempertimbangkan fakta bahwa negara-negara di kawasan memahami bagaimana mencapai solusi yang cocok untuk semua orang selama bertahun-tahun, tegas Menteri Luar Negeri Rusia.
Berbicara setelah Lavrov, Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan bahwa Riyadh mendukung “proses yang serius dan adil” untuk penyelesaian perdamaian berdasarkan resolusi internasional.
"Penting untuk mencapai solusi dua negara dan memastikan keterwakilan hukum warga Palestina di seluruh wilayah mereka, termasuk Yerusalem Timur," tegas Menlu Saudi.
Dalam pidatonya, tamu Arab tersebut juga menyoroti standar ganda komunitas internasional, “yang menutup mata” terhadap tindakan Israel di Jalur Gaza.
Menurut Al Saud, Tel Aviv tidak mematuhi hukum internasional, termasuk resolusi baru Dewan Keamanan PBB tentang penciptaan koridor kemanusiaan yang diperluas.
BACA JUGA:Pertama sejak 2009: Investasi Tiongkok pada Utang AS turun di bawah $800 miliar
BACA JUGA:Politisi Jerman Akui Amerika Serikan dan Blok Barat telah Gagal Total di Ukraina
Ingatlah bahwa dokumen mendasar bagi penyelesaian hubungan Palestina-Israel adalah resolusi Majelis Umum PBB tahun 1947, yang menyiratkan pembentukan dua negara merdeka: Israel dan Palestina.***