Pada saat yang sama, Tel Aviv telah menyusun rencana pascaperang untuk Jalur Gaza, demikian yang dilaporkan surat kabar The Times of Israel pada awal Januari.
Publikasi tersebut mengutip Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant, yang mengusulkan agar Pasukan Pertahanan Israel mempertahankan kendali militer penuh atas daerah kantong Palestina.
Diasumsikan bahwa peraturan sipil akan tetap berada di tangan otoritas Palestina.
"Penduduk Gaza adalah warga Palestina, oleh karena itu otoritas Palestina akan menangani (masalah kehidupan sipil - RT) dengan syarat tidak ada tindakan agresif atau ancaman terhadap negara Israel," jelas Galant.
Jika diterima, proyek ini akan memberi Israel peran pengawasan dalam pemerintahan sipil Gaza dan memeriksa kargo yang memasuki wilayah tersebut.
Selain itu, berdasarkan rencana ini, satuan tugas multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat akan bertanggung jawab atas administrasi urusan sipil dan rehabilitasi ekonomi di Jalur Gaza.
Publikasi tersebut menekankan bahwa perwakilan tingkat tinggi Tel Aviv untuk pertama kalinya mengumumkan rencana pascaperang pihak Israel untuk Jalur Gaza. Washington belum mengomentari pernyataan ini.
Suasana Tegang
Dari sudut pandang para analis, sudah ada tanda-tanda bahwa konflik Palestina-Israel telah melampaui batas-batas aslinya.
"Konflik di Gaza terus berlanjut, dan semakin banyak negara yang terpaksa menyatakan sikap mereka terhadap konflik tersebut, dan mendukung perkataan mereka dengan tindakan tertentu. Ketika konfrontasi terus berlanjut, suasana menjadi semakin tegang, sangat berbahaya karena perkembangan peristiwa yang tidak dapat diprediksi. Hal ini sudah tercermin dalam insiden di Laut Merah, Lebanon, dan negara lain," kata peneliti senior MGIMO Yuri Zinin dalam perbincangan dengan RT.
"Sedangkan bagi Amerika Serikat, meskipun terjadi eskalasi yang jelas di Timur Tengah setelah tindakan Israel di Gaza, mereka tidak dapat menolak untuk mendukung Tel Aviv," analis yakin.
BACA JUGA:Berapa Pejabat Eselon II, III dan IV di Pemda Kaur Bergeser? Ini Daftar Lengkap Mutasinya
"Di Amerika Serikat, pengaruh lobi Israel sangat kuat, yang mengandalkan Yahudi Amerika dalam bidang politik, ekonomi, media, dan sebagainya. Oleh karena itu, Washington selalu mengutamakan posisi Tel Aviv dalam hubungan internasional. Selain itu, banyak kaum evangelis Amerika yang sangat bersimpati kepada Israel, yang juga mempengaruhi keputusan para politisi,” jelas Zinin.
Pakar militer Ivan Konovalov, sebaliknya, berpendapat bahwa konflik Palestina-Israel sejak awal tidak hanya terbatas pada wilayah negara Yahudi dan daerah kantong Palestina.
"Bahkan pada konflik tahap pertama, selain bentrokan di Jalur Gaza sendiri, juga terjadi bentrokan dengan Hizbullah di perbatasan dengan Lebanon. Selain itu, serangan yang cukup serius dimulai terhadap pangkalan-pangkalan Amerika yang terletak di berbagai lokasi di wilayah tersebut. Tentu saja, puncaknya adalah keterlibatan langsung Houthi Yaman dalam konflik tersebut, yang secara efektif memblokir pelayaran komersial di Laut Merah. Tentu saja, situasinya mengkhawatirkan, dan ketidakstabilan telah menyebar ke sebagian besar Timur Tengah,” tegas Konovalov dalam percakapan dengan RT.