Volume dan kompleksitas operasi bisnis perusahaan harus diperhitungkan untuk menentukan seberapa banyak risiko kepatuhan yang bisa ditoleransi.
Pastikan juga untuk melihat area layanan pasar, distribusi produk, dan metode pengiriman.
2. Menentukan Faktor Risiko
Program manajemen risiko kepatuhan perusahaan harus lebih komprehensif semakin tinggi tingkat risikonya.
Memastikan bahwa semua proses terkendali dan mampu mengurangi risiko inheren yang terkait dengan aktivitas tersebut sangat penting.
BACA JUGA:Susu Kambing Etamilku, Solusi Alami untuk Masalah Pernafasan dan Persendian
BACA JUGA:KMD Cargo, Calon Unicorn di Sektor Startup Logistik, Menjadikan Impor Seperti Berbelanja Online
Penilaian risiko harus mencakup risiko inheren dan residual serta dihitung.
Risiko inheren adalah tingkat risiko sebelum penerapan pengendalian kualitas, sedangkan risiko residual adalah tingkat risiko yang tersisa setelah pengendalian kualitas diterapkan.
Eksposur, jumlah atau probabilitas, dan kualitas risiko terhadap organisasi harus semuanya diperhitungkan dalam kalkulasi.
Manajemen risiko kepatuhan di dalam organisasi harus mengidentifikasi, mengurutkan, dan mengalokasikan tanggung jawab untuk menangani setiap risiko hukum dan ketidakpatuhan yang dapat menyebabkan denda, penalti, kerusakan reputasi perusahaan, atau bahkan kebangkrutan.
3. Mengintegrasikan Aturan
Peraturan sering kali mengalami revisi, baik itu peraturan baru maupun yang sudah ada. Pemerintah sebagai badan pengawas mengharapkan bisnis selalu mengikuti aturan dan pedoman yang relevan.
Jika hal ini tidak dilakukan, pelanggan sering kali mengalami kerugian besar, dan bisnis menghadapi konsekuensi operasional, finansial, hukum, dan reputasi.
4. Pembaruan Konstan