RADARKAUR.CO.ID - Potensi Gempa Megathrust di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera terus dipantau BMKG.
BMKG mengandalkan system InaTEWS untuk memantau aktivitas dari zona megathrust segmen Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Sistem InaTEWS menjadi andalan BMKG untuk mendeteksi aktivitas potensi gempa yang ditimbulkan.
InaTEWS atau Indonesia Tsunami Early Warning System akan membuat proses monitoring, prosesing dan diseminasi terkait informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami semakin cepat dan akurat.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan adalah sensor-sensor sistem InaTEWS di berbagai titik strategis.
BACA JUGA:AnyMind Group Mengumumkan Hasil Keuangan Q2 2024
BACA JUGA:Maxy Academy Lakukan Sosialisasi MBKM ke Perguruan Tinggi di Indonesia
Baik di darat maupun di laut dapat segera meyebarluaskan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh Indonesia karena sudah terintegrasi antar-instansi.
BMKG menilai pemanfaatan InaTEWS cukup efektif membantu memantau aktivitas gempa dan tsunami di zona megathrust luar wilayah Indonesia.
Selain itu, untuk mendeteksi dampak pasca-gempa 7,1 magnitudo dari zona megathrust Nankai di Jepang pada tanggal 8 Agustus 2024.
Ketepatan tersebut juga didukung oleh peralatan penunjang untuk pengamatan gempa bumi berupa sismometer, accerelometer, dan sebanyak 56 unit intensitymeter yang sudah dioperasikan BMKG di jaringan monitoring gempa bumi kuat di Indonesia.
BACA JUGA:Tokocrypto Menyelenggarakan Acara Web3 dan Crypto di Coinfest Asia 2024
BACA JUGA:PTUN Terima Gugatan 'Paman Usman', Pulihkan Harkat dan Martabat sebagai Hakim Konstitusi
Oleh karena itu, lanjut dia, setiap sistem tersebut masih menjadi andalan untuk melakukan langkah mitigasi dampak gempa dan tsunami.
Termasuk potensi gempa besar pada zona megathrust segmen Selat Sunda dan segmen Mentawai-Siberut yang patut menjadi perhatian sampai saat ini.