RADARKAUR.DISWAY.ID - Harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan signifikan, turun di bawah US$102.000, setelah Presiden AS, Donald Trump, mengonfirmasi serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.
Dalam pidatonya, Trump memberikan ultimatum bahwa Iran harus memilih antara perdamaian atau menghadapi serangan lebih lanjut.
Dampak dari pernyataan ini menyebabkan Bitcoin mengalami tekanan jual yang cukup besar, berisiko menutup minggu ini dengan harga terendah sejak Mei lalu.
Meskipun Bitcoin sering dipandang sebagai aset yang melindungi nilai di tengah ketegangan geopolitik, kenyataannya, aset ini cenderung mengalami koreksi terlebih dahulu sebelum akhirnya pulih.
BACA JUGA:Bitcoin Tunjukkan Ketahanan, Didukung Legalisasi Kripto Vietnam
BACA JUGA:Pemda Kaur Umumkan Peserta Didik Baru Sekolah Rakyat Kabupaten Kaur
Hal ini pernah terlihat pada 2022 saat konflik Rusia-Ukraina, di mana Bitcoin justru melonjak 42% dalam 35 hari meskipun pasar global sedang lesu.
Walaupun saat ini pasar Bitcoin masih dalam siklus bullish, ketegangan konflik di Timur Tengah memperburuk prospek jangka pendek.
Jadi, bagaimana masa depan Bitcoin jika ketegangan antara AS dan Iran semakin meningkat?
Ada 3 potensi arah yang bisa terjadi pada Bitcoin jika situasi ini berlanjut.
Pertama, jika tekanan jual berlanjut, Bitcoin bisa turun ke kisaran $94.000 $98.000 sebelum mengalami rebound sekitar 20%-25%.
Kedua, ada pula kemungkinan lebih buruk, yaitu penurunan lebih dalam jika Bitcoin gagal bertahan di level $98.000 $100.000, yang berpotensi membawa harga turun lebih jauh hingga mencapai $92.000, menembus level support mingguan, yang dapat memicu terbentuknya tren bearish baru.
Namun, ada juga kemungkinan ketiga yakni Bitcoin akan mengalami rebound cepat jika kepanikan pasar mereda.