Dewan Tidak Sepakat Belajar Daring

Dewan Tidak Sepakat Belajar Daring

BENGKULU SELATAN (BS) – Belajar melalui sistem dalam jaringan (daring) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tidak sedikit dikeluhkan oleh orang tua siswa-siswi. Mereka menilai belajar melalui sistem daring, tidak semaksimal belajar Tatap Muka (TTM). Bahkan belajar melalui daring menambah biaya operasional mereka. Tidak hanya itu saja, belajar melalui sistem daring menambah kecanduan anak dalam bermain gadjet. Anggota Komisi III DPRD BS, Septin Gunawan mengatakan, bejalar melalui daring tidak hanya membuat anak-anak kecanduan gadjet. Namun, juga menambah pengeluaran biaya orang tua di tengah pandemi Covid-19 ini seperti membeli paket internet dan kebutuhan lainnya. Dirinya, berharap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten BS. Bisa mencari solusi ini dengan mengatur jadwal belajar mengajar anak-anak. Sebab, melalui sistem daring ini banyak menimbulkan efek negatif bagi orang tua dan anak-anak itu sendiri. “Kita sangat mendukung keinginan para orang tua agar sekolah buka lagi,” ungkapnya. Lanjutnya, siswa-siswi yang belajar melalui sistem daring dapat di prediksi akan malas belajar. Karena, pada saat di rumah mereka lebih milih bermain dari pada belajar. Bahkan, mereka diyakini menunda-nunda waktu untuk belajar melalui sistem daring karena mereka telah di berikan Hanpone (Hp). Dia menegaskan, siswa-siswa yang terus menerus belajar di rumah. Diyakini bodoh karena tidak ada keseriusan dalam belajar. “Siswa-siswi belajar di rumah bukan makin pintar malah makin bodoh. Karena, mereka lebih memilih bermain dari pada belajar,” ujarnya. Sambung dia, seharusnya Dikbud dapat menginstruksikan pihak sekolah agar kembali masuk ke sekolah belajar TPP dengan system shift dan tetap mematuhi Protokol Kesehatan (Prokes). Dengan mengatur jadwal belajar untuk siswa-siswi maka proses belajarnya lebih signifikan di banding lewat daring.(rjs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: