Siapa Membunuh Putri (22): Putusan Sela
Hasan Aspahani--
Saya masih berharap Suriyana membatalkan pertunangan dan pernikahan dia dengan Azeem.
Atau akan terjadi sesuatu sehingga rencana itu batal. Tak tahulah saya, cinta memang tak masuk akal, bikin imajinasi jadi jahat dan kejam.
Hati dan hari-hariku terisi dan terhibur oleh Inayah. Memenuh. Meneduh.
Dia adalah terjemahan lain dari cinta. Cinta yang membuatnya berimajinasi lain.
Dia beberapa kali mengajakku dan anak-anak panti yang tinggal di pesantren bermain ke pantai yang banyak terbentang di pulau-pulau yang tersambung jembatan Gortam.
Kami seperti ibu dan ayah bagi anak-anak yatim itu. Kami seperti suami istri.
Dia sibuk dan cemas dengan anak-anak yang riang berenang.
Sesekali menyuruh aku menyusul mereka yang bermain terlalu jauh ke tengah laut.
Aku membayangkan, seperhatian itulah nanti dia mencemaskan anak-anak kami.
”Apa kabar Suriyana, Mas?” tanya Inayah.
Saya agak terkejut. Terdiam dan sejenak kami bertatapan.
”Eh, salah ya? Boleh tanya kabar dia, kan?”
”Boleh. Dia kayaknya baik-baik saja tuh...”
”Kok kayaknya?”
”Ya, karena dia tak pernah mengabari apa-apa lagi, setelah malam itu...”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: