PGA LIV

PGA LIV

Golf LIV--(dokumen/radarkaur.co.id)

Saya tahu: tidak ada gunanya saya membaca majalah itu. Ia pasti akan bercerita panjang mengenai isi bacaannya itu. Ia tidak peduli: saya tertarik atau tidak. Ia terus bercerita. Lama-lama, secara tidak sadar, saya hafal nama-nama pemain golf terkemuka. Saya juga hafal nama-nama lapangan golf hebat di dunia. 

Beberapa cerita mengenai lokasi itu membuat saya penasaran. Saya sampai mampir ke lapangan golf Augusta di Georgia, Amerika Serikat. Saya juga datang ke lapangan golf St. Andrews, di utara Edinburgh, Skotlandia. Di situlah ia sekolah manajemen golf di masa mudanya. 

Pak Ciputra, pemilik begitu banyak lapangan golf, juga gagal berdakwah golf di depan saya. Padahal beliau sampai kirim tas golf yang bulat-besar-panjang itu ke rumah saya. Isinya penuh dengan stik golf berbagai tipe. Untuk saya. Pasti mahal sekali.

Suatu saat Pak Ciputra bertanya: sudah main golf?

"Mohon maaf," jawab saya sangat lirih. Saya pun melihat raut wajahnya yang kecewa.

Kini ganti saya yang kecewa: Robert tidak mau menulis tentang pertengkaran dalam tubuh golf dunia. Kemarahan saya itu saya tuangkan hari ini: biar saja saya sendiri yang menulis. Biar saja jelek. Biar saja salah. Agar ia tahu saya lagi kecewa. Apalagi ia pasti membaca tulisan ini. Ia rajin bikin komentar. Ia selalu membaca Disway lewat google translate. Ia pasti kecewa pagi ini: kok Disway tidak bermutu. 

Anda sudah tahu: dominasi PGA Tour, di dunia golf, memang sudah mirip Piala Champions di sepak bola. Setiap pertandingannya disiarkan langsung dengan penonton jutaan.

Saya sering diajak nonton oleh Robert. Di kafe mana pun di perjalanan. Mula-mula merasa sangat membosankan. Tapi saya harus toleran. Saya kan pernah mengajaknya nonton siaran langsung sepak bola pada jam 02.00.

Ia tampak ikhlas ketika berangkat. Tapi sebelum 10 menit saya lirik ia: sudah tertidur pulas di kursi.

Pesaing PGA Tour itu menyebut dirinya Liga LIV. Itu angka Romawi untuk 54. Pertandingan di Liga LIV memang selalu 54 holes. Sistem pertandingannya memang sedikit berbeda dengan yang di PGA Tour. 

Yang juga beda: besarnya hadiah bagi pemenangnya.

Hadiah di PGA Tour Anda sudah tahu: tahun ini naik menjadi USD 1,5 juta. Sekitar Rp 15 miliar. Hanya untuk juaranya. Hanya sekali event. Setahun bisa 12 event. 

PGA Tour harus menyediakan hadiah total USD 1,5 miliar setahun –hitung sendiri berapa rupiah.

Itu bisa untuk membelikan kompor listrik induksi bagi seluruh orang miskin di Indonesia.

Meski begitu mahal, masih ada yang mau menyaingi. Uang sudah seperti uban di rambut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: