Martir Minoritas
Korban kekerasan aparat di Iran--(dokumen/radarkaur.co.id)
Polisi mengatakan Mahsa memang punya sakit jantung. Ia terjatuh ketika dirazia akibat jantungnyi bermasalah. Tapi pendukung Mahsa mengatakan dia dipukuli dan mengalami luka-luka.
Presiden Raisi menjanjikan untuk melakukan penyelidikan independen atas kematian Mahsa. Yang salah akan ditindak. Tapi Iran tidak boleh hancur.
Mahsa telah meninggal dunia. Demikian juga 45 atau 70 orang lainnya. Tuntutan demokrasi terus tumbuh –pun di negara seperti Iran. Atau Arab Saudi. Atau Tiongkok. Apalagi Indonesia.
Agama, kerajaan, komunis, dan bentuk apa pun lagi ditantang ideologi baru: kesejahteraan.
Mungkin Mahsa dianggap salah satu musuh negara. Tapi musuh sekali pun harus dijaga keselamatannya. Kadang martir datang dengan tanpa diduga. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: