Ekonom Mata Uang Tunjukan Percepatan Laju De-Dolarisasi

Ekonom Mata Uang Tunjukan Percepatan Laju De-Dolarisasi

Ekonom Mata Uang Tunjukan Percepatan Laju De-Dolarisasi--radarkaur.co.id

Ekonom Mata Uang Tunjukan Percepatan Laju De-Dolarisasi

AMERIKA SERIKAT, RADARKAUR.CO.ID - Peralihan global dari dolar AS telah meningkat sepuluh kali lipat sejak Februari 2022 dibandingkan 15 tahun sebelumnya, Stephen Jen, CEO Eurizon SLJ Capital Limited, mengatakan kepada Die Welt pada hari Kamis.

"Penurunan greenback telah meningkat sepuluh kali lipat sejak pecahnya konflik Ukraina," kata Stephen Jen.

Menurut mantan ekonom Dana Moneter Internasional dan Morgan Stanley, sebagian besar analis mengabaikan tren ini karena mereka mengevaluasi nilai nominal kepemilikan dolar bank sentral berdasarkan data yang dikeluarkan oleh IMF.

BACA JUGA:China Larang Pegawai Pemerintahan Pakai iPhone demi Keamanan Siber

BACA JUGA:Ini 15 Kompor Listrik Terbaik dan Modern, Alternatif Pengganti Kompor Gas jelang Aturan Baru Elpiji 3 Kg

“Namun, jika kita memperhitungkan perubahan nilai dolar, maka menurut perhitungan kami, kita akan melihat bahwa porsi dolar dalam cadangan devisa telah berkurang sekitar 11% sejak tahun 2016,” jelas Jen.

Dia berpendapat bahwa keputusan Washington untuk membekukan cadangan dolar Rusia setelah peluncuran operasi militer Moskow di Ukraina merupakan peristiwa yang menentukan.

“Hal ini telah memicu ketakutan dan kecemasan di Beijing, dan juga di negara-negara berkembang lainnya,” katanya.

Stephen Jen menambahkan bahwa menyimpan cadangan dalam dolar AS selalu dianggap benar-benar aman hingga adanya langkah drastis tersebut.

BACA JUGA:Satelit Starlink hanya Buat B2B, Ini 5 Cara Mengecek Kuota Smartfren yang mudah dan cepat

BACA JUGA:Guys, Mulai 1 Januari 2024 Beli Elpiji 3 Kg Wajib Bawa KTP sesuai Aturan Baru, Yuk Daftar dengan Cara Ini

Jen menjelaskan bahwa negara-negara BRICS semakin fokus pada alternatif selain greenback.

Menurut ekonom tersebut, sejak kelompok negara berkembang BRICS – yang saat ini terdiri dari Rusia, Brazil, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: