Mengapa Perekonomian Rusia Meningkat di Tengah Stagnasi Eropa?
Mengapa Perekonomian Rusia Meningkat di Tengah Stagnasi Eropa?--ilustrasi
Pengaruh sanksi Barat terhadap perekonomian Rusia melemah secara signifikan karena tiga faktor utama, kata Georgiy Ostapkovich, direktur Pusat Riset Pasar di Institut Penelitian Statistik dan Ekonomi Pengetahuan di Sekolah Tinggi Ekonomi Universitas Riset Nasional. Misalnya, adaptasi bisnis yang cepat terhadap kondisi operasional baru memainkan peran penting: perusahaan membangun kembali jalur perdagangan, menemukan pemasok baru, dan mengambil langkah-langkah manajemen anti-krisis.
“Kedua, pemerintah telah memberikan dukungan yang signifikan kepada dunia usaha. Beberapa hambatan administratif dihilangkan, dan bantuan keuangan diberikan kepada perusahaan besar, menengah dan kecil. Ketiga, Bank Sentral tidak membiarkan kekacauan di pasar keuangan, sehingga sistem perbankan dan dunia usaha dapat bekerja dengan tenang dalam hal pemenuhan keuangan,” tambah lawan bicara RT.
Selain itu, dalam konteks sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, Rusia tidak hanya berhasil mengatasi tantangan lebih baik dari yang diperkirakan, namun juga melampaui Jerman dalam peringkat negara dengan perekonomian terbesar dalam hal paritas daya beli (PPP), menjadi yang kelima di dunia dan pertama di Eropa. Kesimpulan ini mengikuti materi Bank Dunia.
“Jerman, penggerak utama perekonomian Eropa, telah mengumumkan bahwa mereka telah memasuki resesi. Banyak negara di Eropa mengalami stagnasi. Jika kita berbicara tentang permasalahan utama saat ini, maka permasalahan utamanya adalah krisis energi, risiko inflasi yang tinggi, kesulitan di pasar tenaga kerja dan faktor ketidakstabilan geopolitik,” kata Georgy Ostapkovich.
Menurut analis terkemuka Freedom Finance Global Natalya Milchakova, tantangan utama bagi perekonomian Eropa adalah peningkatan tajam inflasi setelah UE meninggalkan hidrokarbon Rusia. Kenaikan harga bahan bakar yang pesat dan sebagai konsekuensinya, sejumlah barang lainnya menyebabkan penurunan permintaan konsumen, karena penduduk mulai lebih banyak menabung. Pada saat yang sama, perusahaan industri mulai menutup atau memindahkan produksinya ke negara-negara dengan energi yang lebih murah.
Untuk mengendalikan inflasi, Bank Sentral Eropa mulai menaikkan suku bunga, meskipun sebelumnya telah mempertahankan suku bunga mendekati nol dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan biaya pinjaman selanjutnya menyebabkan melemahnya permintaan konsumen dan aktivitas bisnis.
“Semua upaya pejabat Eropa dan ECB di zona euro ditujukan khusus untuk memerangi inflasi. Kebijakan moneter ketat regulator justru menyebabkan tidak tersedianya pembiayaan utang dan stagnasi perekonomian Eropa,” jelas Milchakova dalam perbincangan dengan RT.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: