Saya pun bertanya: apakah ia akan berhenti sebagai wartawan..
Jawabnya: tidak.
Apakah ia akan berhenti berjuang.
Jawabnya: tidak.
Syukurlah.
Saya juga memuji media tempat Al Fatih bekerja: samarindakita.com.
Pimpinan media online itu juga ditekan pihak lain. Tapi tetap saja memuat berita yang dibuat Al Fatih.
Jarang media online punya idealisme setinggi itu. Al Fatih juga puas bekerja di samarindakita.com. Gajinya memang kecil tapi idealismenya tersalurkan.
Soal biaya hidup ia masih punya sisa tabungan. Termasuk untuk membayar uang kuliah.
Ia memang sempat menabung ketika mendapat beasiswa yang bagus di Abu Dhabi. Ia delapan tahun sekolah di sana. Sejak kelas 6 SD. Sampai lulus SMA.
Sebenarnya ia sudah kelas 2 SMP di SMP Cordova di Samarinda. Lalu dapat tawaran beasiswa di Abu Dhabi. Ia berangkat.
Harus kursus bahasa Arab dulu satu tahun di sana. Lalu harus masuk dulu kelas 6 SD. Ia mau. Maka ia perlu 8 tahun untuk sampai tamat SMA.
Sebenarnya Al Fatih dapat tawaran beasiswa lanjutan untuk kuliah di sana.
"Yang ditawarkan jurusan Usul Fikih. Saya merasa tidak cocok," katanya.
Sejak kecil ia memang sudah suka menulis. Termasuk menulis cerpen.
Maka cita-citanya memang jadi wartawan. Keinginan lainnya: jadi dosen.