Sensasi Maroko di Piala Dunia 2022 Berlanjut, 7 Negara Pendukung LGBT Tumbang, Prediksi Formasi 4 Semifinalis

Minggu 11-12-2022,11:07 WIB
Reporter : Muhammad Isnaini
Editor : Muhammad Isnaini

Inggris seperti diketahui adalah negara yang terus melakukan kampanye LGBT. Sama hal dengan negara lain seperti Swiss, Wales, Belgia, Denmark, Jerman dan Belanda.

BACA JUGA:10 Masakan Paling Disukai Masyarakat Bengkulu, Paling Populer Kesukaan Presiden Soekarno 

BACA JUGA:Polda Bengkulu Tanggapi Laporan ART vs Majikan, Simak Kembali Postingan Hotman Paris

Bahkan Jerman, Denmark, Belgia dan Wales yang mendukung utama LGBT sudah tersingkir lebih dulu dengan tidak lolos dari fase grup.

Pada pertandingan antara Prancis melawan Inggris. Inggris ditekuk Prancis 1-2 lewat gol dari Aurelien Tchouameni dan Olivier Giroud. Sedangkan hanya membalas Inggris lewat satu penalti Harry Kane.

Ketujuh negara itu merupakan pendukung komunitas LGBT yang sempat menjadi polemik di awal Piala Dunia 2022. 

Semula Inggris, Wales, Belgia, Denmark, Jerman, Belanda, dan Swiss berencana menggunakan ban kapten One Love sebagai bentuk dukungan terhadap LGBT.

BACA JUGA:15 Kue Tradisional Khas Bengkulu, Kesukaan Raja Bengkulu, Ada yang Diekspor hingga Mancanegara 

BACA JUGA:10 Masakan Paling Disukai Masyarakat Bengkulu, Paling Populer Kesukaan Presiden Soekarno

Wales, Denmark, Belgia dan Jerman gagal lolos fase grup. Swiss dikalahkan Portugal di babak 16 besar, sementara Belanda ditekuk Argentina di perempat final Piala Dunia 2022.

Namun ketujuh tim itu urung menggunakannya setelah FIFA mengancam akan memberi hukuman kartu kuning kepada kapten tim yang memakainya.

Keputusan menyatakan dukungan terhadap komunitas LGBT sempat dianggap mengganggu fokus tim. 

Hal itu diungkapkan legenda Jerman, Lothar Matthaus, setelah Tim Panser dikalahkan Jepang di fase grup.

BACA JUGA:Jelang Mutasi Besar-Besaran Pemkab Kaur, 16 Pejabat Eselon 2 Uji Kompetensi 

BACA JUGA:Hotman Paris ke Kapolri soal Kasus ART di Bengkulu: Bukan Kasus Triliunan Tapi Menyentuh Rasa Kemanusiaan

"Terlalu banyak drama sebelum pertandingan, terlalu banyak isu yang lebih penting daripada sepak bola, sama seperti empat tahun lalu [di Piala Dunia 2018]. Masalah seperti itu mengganggu konsentrasi pemain, mengganggu, artinya para pemain kehilangan konsentrasi di momen krusial," ujar Matthaus.***

Kategori :