Ada beberapa istilah yang diucapkan saat pengajian. Dia sering mengucapkan “dekengan pusat”, “ST nyell”, "garangan", hingga “wonge teko”.
Lantas Apa artinya istilah-istilah itu?
Bagi orang lain diluar jemaahnya, mendengar istilah “dekengan pusat, ST nyell, garangan dan wonge yo teko”, sering kali membingungkan.
BACA JUGA:Fashionista, UNIQLO Membuka 4 Toko Baru di Indonesia Akhir Tahun 2023
BACA JUGA:Wajib Tahu Sebelum Aturan Baru Elpiji 3 Kg Berlaku, Ini Perbedaan Agen dan Pangkalan Gas
Namun dari berbagai ceramahnya, bisa diambil kesimpulan bahwa arti istilah “dekengan pusat” itu adalah dukungan atau backing dari Allah SWT langsung.
Dia mengatakan, barang siapa yang bertaqwa kepapa Allah SWT, dia akan mendapat dekengan langsung dari pusat.
“Orang yang dapat dekengan pusat, sulit untuk didebat. Dia pasti enak hidupnya mudah urusan-urusanya. Pokoe losss…tidak punya takut,” katanya dalam berbagai ceramah.
Penekanan kata “dekengan pusat” itu, sengaja dia pakai supaya jamaahnya mudah mengerti dan mengena. Karena mayoritas pengajianya diikuti anak muda dan anak jalanan.
Baginya menjelaskan aqidah, tauhid, syariat itu tidak harus dengan teks formal. Tapi bisa dengan bahasa-bahasa gaul anak muda sehari-hari.
BACA JUGA:Alyssa Daguise Tampil Chic dan Stylish dalam Balutan Koleksi UNIQLO : C
BACA JUGA:TERBARU, Harga BBM Pertamina 22 September 2023, Pertamax Turbo Tak Dijual di 7 Provinsi Berikut
“Buktinya, dekengan pusat malah viral. Koe kabeh mantep lan marem to dengan dekengan pusat?” tanyanya kepada jamaah.
Namun untuk mendapat dekengan pusat ada syaratnya. Diantaranya harus istiqomah dalam ketaqwaan. Termasuk istiqomah ikut mengaji Sabilu Taubah di rumahnya.
Adapun Sabilu Taubah sering disingkat ST. Arti Sabilu adalah jalan, sedangkan Taubah adalah Tobat. Yakni jalan taubat untuk para jamaahnya yang mau berubah.
“Karena yang ngaji di ST nyell ini kebanyakan wong-wong ruwet, para garangan-garangan yang masih suka mabuk, teler di jalan-jalan, sering maksiat bahkan kriminal,” kata kyai usia 29 tahun yang ganteng ini.