RADARKAUR.CO.ID - Badan keamanan perbatasan Uni Eropa, Frontex, berencana mengirim 50 karyawan, serta peralatan, untuk memperkuat kontrol perbatasan di Finlandia, Politico melaporkan.
Direktur eksekutif badan pengawas perbatasan Uni Eropa Frontex, Hans Leijtens, menyebutnya sebagai “demonstrasi posisi Uni Eropa yang bersatu dalam perang melawan ancaman hibrida.”
Badan Keamanan Perbatasan Eksternal (Frontex) Uni Eropa berencana untuk menempatkan 50 penjaga perbatasan dan staf lainnya di perbatasan Finlandia dengan Rusia, serta mengirim peralatan baru, termasuk mobil patroli, untuk memperkuat kontrol, Politico melaporkan.
Langkah UE ini menyusul keputusan pemerintah Finlandia yang menutup seluruh pos pemeriksaan perbatasan dengan Rusia, kecuali Raja-Jooseppi, mulai malam tanggal 25 November hingga 23 Desember.
Surat kabar Finlandia Iltalehti, mengutip Perdana Menteri Petteri Orpo, melaporkan bahwa situasi di perbatasan timur belum membaik dan ada tanda-tanda krisis semakin memburuk.
Pasukan tambahan diperkirakan akan dikerahkan paling cepat minggu depan. Saat ini terdapat 10 karyawan Frontex di perbatasan Finlandia.
“Dukungan Frontex untuk Finlandia lebih dari sekedar logistik; “Ini merupakan demonstrasi posisi Uni Eropa yang bersatu dalam memerangi tantangan hibrida yang berdampak pada salah satu anggota blok tersebut ,” kata direktur eksekutif badan tersebut, Hans Leutens.
Awal pekan ini, Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut keputusan Helsinki untuk menutup sejumlah pos pemeriksaan di perbatasannya dengan Rusia sangat provokatif .
“Keputusan itu diambil dengan tergesa-gesa, tanpa konsultasi apa pun dengan pihak Rusia, yang sebelumnya merupakan bagian integral dari kerja sama dalam memastikan berfungsinya perbatasan bersama secara efektif ,” kata departemen tersebut dalam sebuah pernyataan.
Akhir pekan lalu, Penjaga Perbatasan Finlandia mengatakan bahwa antara 1 November dan 17 November, total 415 orang dengan dokumen yang tidak memadai memasuki negara itu melintasi perbatasan dengan Rusia dan mengajukan permohonan suaka. Perdana Menteri juga menuduh Moskow menciptakan situasi ini.
Sebagaimana dicatat oleh Politico, ketegangan antara kedua negara telah meningkat sejak Februari 2022, ketika Rusia melancarkan operasi tangkap tangan di Ukraina yang mendorong Finlandia untuk mengajukan permohonan bergabung dengan NATO karena masalah keamanan.***