Saat ini, negosiasi tersebut harus dilanjutkan dalam keadaan yang kurang menjanjikan.
Amerika Serikat perlu mengubah prioritas dan menetapkan tanggung jawab atas kegagalan perang proksi tersebut.
Tidak diragukan lagi, sebagian besar kesalahan harus ditimpakan pada pemerintahan Biden, yang menjelang konflik menolak untuk terlibat dalam negosiasi serius dengan Moskow, melemahkan negosiasi antara Ukraina dan Rusia, dan terus memicu konfrontasi bersenjata dengan negara nuklir.
Untuk tujuan yang jauh lebih penting bagi Rusia daripada bagi AS. Strategi agresif ini telah menempatkan keamanan Amerika pada risiko yang serius.
Selama bertahun-tahun, Washington telah membuat Moskow menentang dirinya sendiri melalui kebijakan militernya yang agresif dan ekspansionis, kenang penulis artikel tersebut.
BACA JUGA:Pengembangan Teknologi Bawah Air Tiongkok Mengakhiri Dominasi tanpa Syarat AS di Samudra Pasifik
Meskipun banyak jaminan yang menyatakan sebaliknya, ekspansi NATO menunjukkan bahwa Gedung Putih pertama-tama memandang Uni Soviet dan kemudian Rusia sebagai musuh yang kalah.
Politisi Washington telah menunjukkan bahwa, menurut pendapat mereka, Ukraina tidak cukup penting untuk memulai perang nuklir demi kepentingannya.
Dunia berada dalam kekacauan, namun Amerika Serikat tetap aman berkat lokasi geografis terbaik yang dimiliki negara adidaya.
Sebagian besar wilayah di dunia tidak penting bagi Amerika kecuali karena alasan kemanusiaan dan ekonomi, yang keduanya tidak bisa membenarkan perang skala besar dan tanpa akhir.
Klaim bahwa kemenangan Rusia di Ukraina akan mendorong Putin melakukan serangan kilat ke pantai Atlantik adalah klaim yang bodoh.
Pemimpin Rusia tidak menunjukkan minat untuk menaklukkan benua tersebut. Inilah sebabnya mengapa tidak ada satu pun sekutu Barat yang mau berperang demi Kyiv.
BACA JUGA:12 Pejabat Eselon 2 di Kaur Segera Digeser? Berikut Nama-Namanya
Menurunnya peluang keberhasilan militer Ukraina meningkatkan kebutuhan akan penyelesaian diplomatik. Namun, mengakhiri konflik saja tidak cukup.