Dia memohon kepada Tuhan agar mengembalikan Marapian, dan dengan ajaib, gunung tersebut meletus dan menyemburkan api yang membara.
Namun, alih-alih membawa malapetaka, letusan gunung itu malah menjadi tanda keajaiban.
Marapian yang seharusnya terbakar hidup-hidup justru muncul dari pusaran asap dan api sebagai pahlawan yang tak terlukai.
Putri Bungsu dan Marapian akhirnya bersatu kembali, dan letusan gunung dianggap sebagai pertanda kekuatan cinta sejati.
Legenda ini menjadi cerminan nilai-nilai keadilan, cinta sejati, dan keajaiban alam dalam budaya masyarakat setempat.
Gunung Marapi sendiri dianggap sebagai tempat yang sarat dengan spiritualitas dan kekuatan mistis, mengingatkan penduduk setempat akan kisah-kisah lama yang turun-temurun.
BACA JUGA:Sistem Kecerdasan Buatan untuk Melindungi Bandara dari Burung dan UAV sedang dibuat di Rusia
2. Cikal Bakal Masyarakat Minangkabau
Menurut legenda dan cerita turun-temurun, gunung ini merupakan tempat pertama yang dihuni oleh orang Minangkabau.
Dikisahkan, bahwa orang Minangkabau pertama kali menetap di gunung ini saat ukurannya hanya sekecil telur dan dikelilingi oleh air.
Di sekitar wilayah ini terdapat banyak batu penguburan tegak atau menhir yang mengarah ke arah gunung, dan mencerminkan aspek budaya mereka. Tempat itu berada di Kabupaten Tanah Datar.
Tambo, sebuah kumpulan hikayat yang menjelaskan banyak sejarah Minangkabau, termasuk asal-usul mereka, menjadi sumber informasi penting dalam memahami sejarah leluhur orang Minangkabau.
Tambo juga mencakup aturan-aturan adat yang masih relevan hingga sekarang. Berdasarkan tambo, diketahui bahwa leluhur orang Minangkabau berasal dari lereng Gunung Marapi.
Seiring berjalannya waktu, menurut tambo, Nagari Tuo Pariangan muncul di Kabupaten Tanah Datar.
Ini merupakan wilayah pertama yang menjadi tempat tinggal dan dimana terbentuknya sistem pemerintahan berbasis Nagari yang masih berlaku hingga saat ini.