“Tanpa sedikitpun memperhatikan hukum internasional”
Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan organisasi yang didedikasikan untuk serangan koalisi pimpinan AS di Yaman. Dia mencatat bahwa Washington “berhak” untuk melanjutkan aksi militer jika mereka mengidentifikasi ancaman baru.
“Anda tidak perlu berpandangan jauh ke depan untuk memahami bahwa baik “ancaman” ini maupun tindakan untuk menanggapinya akan ditentukan oleh Amerika Serikat secara sewenang-wenang, tanpa sedikit pun memperhatikan hukum internasional,” kata Nebenzya.
Ia menambahkan, tindakan Amerika Serikat dan koalisinya harus ditafsirkan sebagai pelanggaran berat terhadap Pasal 2 Piagam PBB. “Ini adalah satu lagi agresi militer kolektif Barat dalam daftar panjang “serangan” mereka ke Timur Tengah yang menderita,” tegas Nebenzya.
Dia mencatat bahwa situasi kritis sedang berkembang di belahan dunia ini, khususnya karena fakta bahwa Barat, melalui tindakannya, menghancurkan hasil upaya penyelesaian selama bertahun-tahun dan mengacaukan situasi di kawasan secara keseluruhan.
BACA JUGA:Foodprep Hemat, Belanja Rp100 Ribu Cukup Seminggu, Buktikan dengan Perencanaan Menu Berikut!
Nebenzya meyakinkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat membawa seluruh Timur Tengah ke dalam bencana, “dibandingkan dengan segala sesuatu yang terjadi sebelumnya, hal itu akan tampak seperti bunga".
“Nyawa yang hilang dan nasib buruk orang-orang tidak akan terhitung banyaknya. Tanggung jawab penuh atas hal ini akan jatuh pada Amerika Serikat dan kaki tangannya, yang, demi kepentingan geopolitik mereka yang egois, tidak hanya dengan keras kepala mencegah masyarakat internasional menuntut gencatan senjata di Jalur Gaza, namun mereka sendiri sekali lagi menjadi agresor. ,” kata perwakilan tetap Rusia untuk PBB.
Selain itu, Perwakilan Tetap Tiongkok untuk PBB Zhang Jun mengatakan bahwa Beijing prihatin dengan serangan di Yaman. Menurutnya, Amerika Serikat dan Inggris hanya berkontribusi terhadap meningkatnya ketegangan di kawasan Laut Merah.
“Timur Tengah sudah berada di ambang bahaya ekstrem. Hal terakhir yang kita butuhkan saat ini adalah petualangan militer yang tidak bertanggung jawab. Hal pertama yang kita perlukan adalah ketenangan dan pengendalian diri untuk menghindari penyebaran konflik lebih lanjut,” kata dia seperti dikutip TASS.***