Jika ETF Ethereum menarik setengah dari daya tarik tersebut, investor dapat mengantisipasi aliran masuk modal lebih dari US$20 miliar ke pasar ETH dalam beberapa bulan mendatang.
ETF Ethereum berpotensi menjadi katalis untuk harga tertinggi baru ETH di kisaran US$5.000-US$6.000, menarik basis investor yang lebih luas dan meningkatkan legitimasi pasar DeFi.
BACA JUGA:Resep Tongseng Kambing Empuk dan Tanpa Bau Frengus
Prospek USDT to IDR di Tengah Pelemahan Kripto dan Rupiah
Pasar kripto mengalami penurunan signifikan beberapa bulan terakhir, dengan banyak aset digital kehilangan nilai secara tajam. Sementara itu, Rupiah Indonesia juga melemah terhadap dolar AS, menunjukkan tren penurunan.
Dalam situasi ini, stablecoin seperti Tether (USDT) menjadi pilihan menarik bagi investor dan trader yang mencari stabilitas di tengah volatilitas pasar.
Menurut data dari Coinmarketcap, kapitalisasi pasar kripto global turun 3.86% dalam sehari. Bitcoin dan Ethereum, dua aset kripto utama, juga mengalami penurunan nilai.
Di sisi lain, Rupiah melemah terhadap dolar AS, mencapai level terendah sejak April 2020. Faktor-faktor seperti inflasi global, kebijakan The Fed, dan ketidakpastian ekonomi memperburuk situasi nilai tukar Rupiah.
BACA JUGA:Perbandingan 2 HP OPPO dengan Kamera Telefoto, Mana yang Menghasilkan Foto Paling Jernih dan Tajam?
BACA JUGA:Masuk Kharisma Event Nasional (KEN) 2024, Pemda Kaur Gelar Festival Gurita, Simak Rundown Acara
Stablecoin USDT menawarkan stabilitas karena didukung oleh nilai USD, menjadikannya sangat berharga dalam situasi ekonomi yang tidak stabil.
USDT memiliki likuiditas tinggi di berbagai bursa kripto global, memungkinkan konversi cepat ke IDR dan memastikan pengguna dapat membeli atau menjual USDT dengan mudah.
Transaksi USDT juga cepat dan efisien, dengan biaya lebih rendah dibandingkan transaksi fiat, menjadikannya pilihan menarik untuk pengiriman uang atau pembayaran antar negara.
Meskipun demikian, USDT menghadapi tantangan terkait fluktuasi nilai USD dan regulasi yang terus berubah. Tether, penerbit USDT, juga menghadapi isu transparansi dan audit cadangan aset.